Senin, 25 Oktober 2010

Cinta Tak Beralas

To : Arimbi

Tak perlu sebuah alasan
kenapa aku mencintaimu?

alas hanyalah menyiratkan kebendaan semata
seperti guci yang beralaskan meja
ketika meja bergeser
bergeser pula guci
dan mungkin juga guci itu goyah
lalu pecah

karena itulah cintaku tak beralas
aku hanya tahu :
cinta ada dalam tiada
tak nampak tapi terasa
tak terbatas ruang

karena cinta
adalah udara yang dihirup jiwa

Mencintai Arca

To : Arimbi

Bilakah cinta datang ketempatku
tak akan ku biarkan ia pulang
ku pinang saja kakinya di bumi
agar cinta membatu
menjadi sebuah prasasti
agar tiap waktu ku kagumi
kekekalannya

Arca yang kupuja
ku hiasi engkau mimpi
ku dekap selubung rupa
walau sesungguhnya yang kudekap adalah hatimu
tak lagi membatu
karena telah kupersembahkan kehangatan
mencairkan hatimu yang keras
batu es yang meleleh oleh hangatnya mentari

Arca yang diam
tak bergeser oleh musim
teguh oleh coba
ku pandang engkau
ku peluk engkau
ku kagumi engkau
ku cintai engkau

dalam kebatuanmu
hatimu menetes

Selasa, 23 Februari 2010

Rengekan

Dalam dekapmu
aku hanyalah anak Tuhan
Tiap waktu menyusu mengecap manismu
Tapi tetap saja aku menangis
merengek tentang kebahagiaan
menangis.. menangis dan terus menangis
hingga KAU sodorkan kembali putingmu

Dalam pengawasanmu
aku adalah domba
yang kau gembalakan di ladang hijau
tapi tetap saja aku mengembik meminta-minta
memohon agar dilimpahkan padaku
rerumputan tanpa aku harus mengambilnya

Dalam dekapmu
aku adalah kekasih
tak pernah berterima kasih

Aku seperti pejuang yang terluka
padahal kemenangan telah diraih

Aku adalah yang menghilang dalam kesedihanku
Aku adalah wujud ketiadaan

Jumat, 05 Februari 2010

Gerhana

: Arimbi

Begitu singkat Gerhana
padahal mentari rindukan bulan
bulan rindukan mentari

begitu singkat persetubuhan
lalu terpisah lagi oleh jarak
yang satu dibatas malam
yang satu dikuasa siang

aku yakin
mentari dan bulan
sebagaimana engkau dan aku
rindunya meratap-ratap :
kapankah kita Gerhana?

Rabu, 27 Januari 2010

TANAH AIR KAMI, INDONESIA

1
Dari sabang sampai merauke
Berjajar batu nisan
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia lama

Indonesia tanah air kami
Tumpah air mata kami
Tumpah darah kami
Tumpah cinta kami

Disanalah kami pernah berdiri
Dengan dada kurus telanjang
dan bambu runcing tergenggam
Kami pertahankan tanah air ini
Hingga napas penghabisan
Demi sebuah kemerdekaan.

2
Dari sabang sampai merauke
Berjajar gedung menjulang
Sambung menyambung menjadu satu
Itulah Indonesia kini

Indonesia tanah air kami
Masih tumpah air mata kami
Masih tumpah darah kami
Masih tumpah cinta kami

Disinilah kini kami berdiri
Dengan dada kurus telanjang
dan sebatang rokok ditangan
Kami akan tetap pertahankan sepetak tanah kami
Karena kami tak lagi mampu membeli sepetak tanah kuburan
Untuk sebuah peristirahatan

3
Kami sadar,
Indonesia kami, Tanah air kami
Bukan milik kami lagi
Tapi milik orang berdasi