Sabtu, 27 Desember 2008

Sungai dan Muara

Untuk menghilangkan dahaga
ku telusuri dua aliran sungai yang telah mengisi muara
hingga bermuaralah air karena keduanya.

Bukannya aku tak puas tinggal sebagai penghuni muara
tapi bagiku napak tilas tiada mengapa
semoga saja di sungai-sungai itu ada terdapat suatu hakekat

Ku lihat ada orang-orang sedang menebarkan jala
"aku sedang menjaring ikan dan lihatlah tangkapanku." ujarnya
akupun mengerti dia sedang bekerja.

Di kedua aliran sungai itu kulihat pepohonan rindang di kedua sisi
pohon-pohon itu berasal dari biji-biji yang bertunas.
Kehadiran sungai telah menyuburkan tanaman.

Satwa-satwa terlihat berkembang biak, menari dan bernyanyi di peribadatannya
mereka senang karena dapat hidup di antara dua sungai
karena mereka dapat meminum maunah sungainya

Akupun menciduk air ditiap sungai dan meminumnya
dan mendapatkan rasa yang sama dengan air yang ada di muara
Barulah kudapati jawab sungai dan muara adalah mempunyai satu rasa.

: Akupun kembali ke muara, tanpa melupakan cerita.

Timur dan Barat

Ku datang pada-Mu dari arah lain
bukan ke barat tapi ke timur
menuju tempat dimana mula-mula mentari dilahirkan

Bilakah saat ini aku menuju Istana-Mu lewat pintu belakang
Maka terimalah aku yang tak santun bukan sebagai tamu
tapi pelayan-Mu sebagai sebuah hukuman kelancangan

Aku yang mencoba meyakini hakikatnya waktu
bahwa walaupun zaman berubah dan musim berganti
tapi kalam-Mu tetap terpelihara

Janganlah kelancanganku membalik waktu
menjadikanku kembali kepada zaman jahiliah tanpa cahaya
tapi biarkan ini akan menjadikanku kembali ke asal dimana mula aku ada

lewat sifat Ar-Rahim Mu aku berasal
maka biarkan engkau mengandung kembali diriku
dan ku serahkan perlindungan atas jalanku pada belas kasih-Mu.

Timur dan Barat adalah milik-Mu
kemanapun aku memandang disanalah kulihat wajah-Mu
tersenyum memandangku.

Senin, 22 Desember 2008

Pemburu Telah Diburu


Hutan kian hitam oleh dedaunan
Membuat semangat jelajahi setiap kelok rerimbunan
Aku sang pemburu dengan senapan terhunus
Bergerak maju untuk membidik sasaran.

Senapanku bukanlah sembarang
Kudapati sebagai pusaka warisan
Sekarang ada ditangan
Temurun semenjak moyang

Ribuan hektar hutan telah tertawan
Jutaan buruan telah ku nikmati
Tinggal satu hutan yang belum ku jelajahi
Hutan larangan

Di sanalah kini aku berada
Menghujamkan kerasnya cinta
Hingga tercecer sperma kenikmatan
Ketika napsu memburu dengan liar

“Dor..dor..dor..” terdengar suara letusan
ku lihat senapanku lemah terkulai
dengan peluru yang telah keluar
akupun mengerang seperti pesakitan

Ku berbisik pada rerimbunan ketika menjelang penghabisan
Ku ucap selamat datang pada ribuan kutuk kenikmatan
Dan sesalku terlambat ketika dosa menggelepar
Tertembus peluru senapan.

: “Pemburu telah diburu.” bisikku menjelang ajal.

Rabu, 17 Desember 2008

Ku Bunuh Puteraku

Inilah rabu (17 Des 2008) dimana mataku menyala
Merah darah bercorak api-api neraka
Bergejolak lautan kepedihan dalam badai-badai rasa yang bergemuruh serupa petir
Dan dilangit awan hitam menggantung berupa payung-payung nestapa

Ku lihat puteraku yang telah sempurna tercipta
Menggelepar-gelepar memohon nyawa
Tapi angin tak mampu menyingkap awan di langit hitam
Hingga akhirnya aku menyerah membiarkan
Satu anakku bersimbah darah
Dan dalam linangan airmata
Ku tikam ia (puisi) hingga hilang ruhnya.

Sabtu, 13 Desember 2008

Hadirmu Bukan Untukku

:Gheta Pratama

Sedetik lagi akan kudengar lantunan syair keindahan
Yang kau suarakan untuk memanggil ribuan tawon pembawa aksara
Dan aku disini yang t’lah lama menantimu
Hanya mampu termangu dalam kesendirianku

Sekaranglah waktu dimana seharusnya aku mengukir rindu
Dengar kugoreskan namamu di langit biru
Tapi rindu telah menguap selaksa awan kelabu
Lalu apa yang bisa aku tulis bila tintaku telah habis tertumpah di mata pena-ku

Inilah sandiakala disaat engkau menghibur mereka yang sedang haus kata,
Tapi aku sudah terlalu busung untuk dapat meneguk segelas air
Yang mungkin ‘kan kau tawarkan untuk menghilangkan dahaga
Maka biarkan saja aku mengering dalam kerontangnya tanaman di musim gersang

Walau tidak untukku, tapi hadirmu di atas awan akan sangat menyejukanku
Mungkin aku tiada akan memandang ke angkasa
Tapi hatiku tetap akan memandang ke kiblatmu
Karena namamu ada di sana.

Jumat, 12 Desember 2008

Peninggalan dari Adam

Engkau adalah bapak dari kami umat manusia
Dan telah kau wariskan cara berbuat dosa
Tatkala kau kotori keindahan surga dengan nafsu bejat
Lalu engkaupun menjadi mahluk terhina
Terlemparkan dari surga

Lihatlah sekarang kamipun memakan buah yang sama
Berharap kekal menggapai kesenangan dunia
Tapi sedikit demi sedikit tiada sadar kami pasangkan bom atom di dasar bumi
Yang siap meluluhkan lantakan hati kami sewaktu-waktu
Lalu kami pun akan terlempar dari dunia


Engkau adalah bapak dari kami umat manusia
Dan telah kau wariskan do’a-do’a harapan
‘Tuk menghilangkan penyesalanmu pada Tuhan
Lalu Allah menjanjikan kembalinya surga
Sekembalimu dari tempat pembuangan

Setiap haripun kami rapalkan do’a
Agar tak usah lagi kami kembali ke surga
Karena dunia bagi kami adalah surga
Di sini kami bebas membangkang perintah-Nya
Ranah pembuangan ini telah begitu kami cinta


Engkau adalah bapak dari kami umat manusia
Dan telah kau wariskan cara menyembah Illah
Agar tiada pernah lupa akan ada-Nya
Bahwa Tuhanlah yang telah melahirkan manusia
Dari rahim-Nya

Sekarangpun kami telah menyembah
Berhala yang lebih terlihat oleh mata
Uang, kekuasaan, jabatan itulah Illah manusia
Karena kami merasa telah terlahir
Dari rahim sang-dunia.

: Tapi dalam hati, sejatinya kami tahu “ La Illaha Illallah”

Kamis, 11 Desember 2008

Cassuarina di Awal Tahun

Ini adalah mula dimana tertancap pohon natal kecil di sekeliling kebun cemara
Cassuarina lambang dari keagungan Tuhan
Selalu terkenang di awal tahun

Mungkin tidak bagimu,
Karena bisa saja Cassuarinamu adalah Februari, Maret atau mungkin juga di akhir Desember
Tapi bagiku Cassuarina adalah awal januari.

Saat pohon ini pertama tertancap dia tiada berdaun
Tapi waktu demi waktu dan pemahamannya tentang biologi mengajarkan bertahan
Hingga Cassuarina kini telah menjadi pohon yang rindang

Setiap orang hendak berteduh dibawahnya ketika sengatan mentari meninggi
Dahannya menjadi tempat bersarang burung-burung pipit dengan rumah gantungnya
Dan akarnya di hisapi para serangga.

Aku berdiri di pucuk pohon cemara mengibarkan sayap-sayap garuda
berseru dengan lantang dan menggemakan di batas angkasa
mengabarkan pada dunia bahwa aku adalah ada.

________
Terinspirasi dari novel "Cassuarina" karya Asri Prabosinta

Rabu, 10 Desember 2008

Makam Kramat yang di Lupakan

Makam ini makam kramat
Tercipta dari paduan segala rasa cinta
Dimana ku gali sendiri tanahnya
dan ku persembahkan untuk mengubur mimpi indah

Lubang-nya menganga seluas angkasa
Ku masukan engkau kesana dengan linangan airmata
Saat tertimbun tanah-tanah hitam
Engkau pun mulai tenggelam

Lalu ku datang membawa sekendi air kembang
Dan ku siramkan di atas kuburan
Berharap bibit-bibit pohon yang telah ku semai
Dapat tumbuh di atas gundukan

Pohon-pohon itu kini semakin tinggi berkat do’a
Berbuah dengan aneka macam rasa serta rupa
Dan makam mu semakin terlupa
Bahwa pernah ada namamu di dasarnya

: Selamat Tinggal Masa Silam

Jumat, 28 November 2008

Cinta Khayalan

Ada yang terdiam dipelupuk mata,
bukan mendung karena duniaku di gurun hampa,
bisa juga hanya pelangi tak berwarna
yang terlukis dilangit tanpa kata

Dia ‘lah yang bersemi dihati
Mengingatnya ‘kan jadikan rindu mengabadi
Tapi bentangan luas samudra tak berair menjadikan wujud hanya fatamorgana
Ketika hendak ku ciduk, engkaupun menghilang dalam lautan hampa

Cinta hanyalah daya khayal seorang pemimpi
Bila diri tak pernah berkaki
Manalah dapat melaju menemui
Sedangkan jejak langkahpun tiada ku miliki

Ketika hari temaram
Dunia gurun dihias gantungan indah gemintang
Itulah satu-satunya kesenangan
Menghitung jengkal bintang malam demi malam

Sampai kapan ku gantungkan titipan rindu pada bintang-gemintang
Yang hanya bisa menemani sepiku tanpa dia pergi menitip salam
Tiap malam hanyalah ada senyap dalam keramaian
Karena yang hadir di pelupuk mata hanyalah khayalan

Selasa, 25 November 2008

Tuhan Sang Pencipta Kejahatan

Aku adalah hitamnya ari
Hidup dalam sengatan mentari
Menjadikan ‘ku lupa diri

Hukum aku dengan lecutan cambuk api
Yang mendera seluruh sanubari
Agar mengelupas segala daki-daki dari kulit lelaki.

Deralah aku dengan murka
Mungkin dengan inilah ‘ku kan jera
Memandang lagi dunia dengan cinta

Darah merah biarkanlah teralirkan
Jatuh kebumi dalam kepasrahan
Dan sisakanlah darah putih yang membersihkan

Tuhan telah mencipta kejahatan
Agar aku belajar tentang kebaikan
Karena DIA mencintai ketaatan.

Jumat, 21 November 2008

Buah Dada Ibu

/1/

Bismillahirrahmanirrahiim.
Wa Idz ta adzdzana robbukum la in sakartum La aziidannakum,
Wa la in kafartum inna adzaabi la syadiid.
QS. Ibrahim (14):7


/2/

Dunia adalah buah dada ibu,
Disanalah aku belajar menyusu
Tapi naluri telah mempengaruhi
Bahwa ada buah dada lain yang harus dinikmati

Aku memang mencintai Ibu,
Sebabnya ‘lah aku tumbuh dan pengkuh
Tapi tak mungkin aku terus menete pada cintanya
Sementara kedewasaan mengajarkan ‘ku meniti kehidupan

Lewat bimbingan aku belajar berjalan dipagi hari
Lewat tangismu aku belajar artinya cinta-kasih
Lewat tatapan sendu ‘ku berani hadapi mentari
Sungguh rasa manis susumu akan tetap mengabadi

Engkau menyuruhku berjalan sendiri
Untuk aku mencari cinta sejati
Masih terngiang ceritamu tiap malam
Tentang adanya buah dada Tuhan

‘Kan ‘ku kecup buah dada Tuhan …


/3/

Adalah ku dapati buah dada Tuhan tak bersusu
Hal belum ku kecup kenikmatan dari persetubuhan
Sedihlah kini aku dalam keperjakaan.

“ Bu (dunia), tolong aku
ku tiada bisa tanpa susu
bolehkah kulumat kembali susumu?”

“Jangan anakku, bukankah kau telah dewasa
bilakah masih kau perah susu ibu, maka celakalah kamu.
Kerakusan ‘lah sebab keringnya buah dada.”

“Ingatlah, syukur mengendap dalam buah dada
Yang meruah seiring bertambahnya rasa
Walau t’lah penuh, tiada ‘kan tercecer kecuali kau hisap puting-Nya”

“Anakku, Pupuklah pohon syukurmu
Agar tumbuh subur cinta-Nya
Barulah kau ‘kan rasa bahagia, menikmati buah dada-Nya”

Ponpin, 21 November 2008

Kamis, 20 November 2008

Hari Penghabisan

Kala bumi pandangi langit
harapkupun semakin tipis
semakin aku kagumi rindu
batasanpun makin menjauh.

Saat mentari cintai bulan
semakin senja sinaran pun makin tenggelam
tapi cahyaku memantul dalam temaram
menjadikan bulan makin menawan

Ku nantikan dimana bumi bertemu langit
Ku rindukan saat mentari bertemu bulan
dan ku ingin melihat lagi seraut wajah
lusa kita 'kan berpadu dihari penghabisan

Minggu, 16 November 2008

Asy-Syuara (2)

Puisi adalah Institusi dari kepedihan jiwa
Yang aku memerlukannya sebagai Jeritan pujangga
Maka biarkan ku berteriak hingga serak terkulai dan merana.

‘Ku Mengembara didunia dan lembah-lembah gersang
Mengemban tugas sebagai pembawa air mata
wahai orang yang kehausan marilah minum air yang kubawa
dan hilangkanlah segala dahaga

Di gurun-gurun kesedihan
Marilah dendangkan kidung nestapa berlinangkan air mata
Di rumah-rumah Kehampaan
Marilah membaca jampi-jampi kematian dalam kehidupan yang tiada tujuan

Akulah Asy-Syuara sang pemilik luka.
terlahir dari rahim air mata dan lelehan vagina kata


Jakarta, 16 Nopember 2008

Sabtu, 15 November 2008

PURNAWIRA

Aku adalah endapan amunisi dari ribuan peluru yang bersarang di tubuhku,
maka jangan takut aku terluka
karena seyogyanya aku telah mati.

Hikayat Penggali Kubur

/1/

Seorang penggali kubur menjadi hikayat
Cerita termasyur amat sangat
Dialah Udin si juru selamat
Tanpa hadirnya mayat-mayat tetap terangkat

Inilah bulan-bulan tak pernah manusia tenggelam
Dan Udin tersiksa karena uang telah silam
Maka otak kerdilnya berdaya
Agar upah cepat dia terima

Malam itu bulan bersembunyi dalam ketakutan
Riak-riak air tak lagi bergelombang
Angin berhenti menghembuskan nafas
Dan terlihat wajah pucat menghinggapi Udin yang lemas

“Lapar…lapar…lapar…”
teriaknya di keheningan malam
mungkin hanya alunan jangkrik
yang mendengar udin memekik.

Berlarilah Udin membawa parang
Dinaungi awan malam tanpa benderang
Bergegas menuju ujung kampung
Disanalah kiranya esok terlihat mendung

Lima mayat menggelepar
Si Udin kembali kenyang.


/2/

Dusun terpencil terasa kucil
Di rumahnya si Udin menggigil
Tak lagi ada makanan
Yang tertinggal hanya pakaian

Malam itu bulan bersembunyi dalam ketakutan
Riak-riak air tak lagi bergelombang
Angin berhenti menghembuskan nafas
Dan terlihat wajah pucat menghinggapi Udin yang lemas

“Lapar…lapar…lapar…”
teriaknya di keheningan malam
mungkin hanya alunan jangkrik
yang mendengar udin memekik.

berlarilah Udin membawa parang
Dinaungi awan malam tanpa benderang
Bergegas menuju ujung kampung
Disanalah kiranya besok terlihat mendung

Satu mayat terakhir menggelepar
Esok tak lagi ada yang menguburkan.

Jumat, 14 November 2008

Pencipta Kata

Mulanya berlidah tanpa suara, MEMBISU
kemudian belajar dari alam tentang huruf KEHIDUPAN
dan dari langit tentang huruf-huruf KEMATIAN
Ku gabungkan KEHIDUPAN dan KEMATIAN agar tercipta makna, "KATA"

: Sebagai sebuah peringatan Tuhan !

KEKASIH yang Berdiri di atas Bukit

Harusnya kulemparkan saja kata-kata
ke dalam kanvas lukis.
Agar tak bisu walau lidah ini s’lalu kelu.

Lihatlah, dzat yang hina ini menatap keagungan
dan tiada mampu menjamah walau hanya memanggil nama.
sungguhpun ku hanya bermaksud memuja.

Aku bukan pujangga yang dapat merayu dengan pujian kata
pun bukan seorang pelawak yang membuat tergelak.
Hanya seonggok batu yang tak mampu berkata “Aku tergelincir dalam cinta.”

Maka biar saja aku diam dalam keabadian
memuja hanya dalam hayal.
Dan ku sembahkan cintaku teruntuk yang berdiri di atas bukit.

Jakarta, 14 Nopember 2008

Senin, 10 November 2008

Serapahmu Hari Ini

Bahasamu adalah nada
alunan tembang berirama
tapi hari ini suaramu sumbang
berdengung dan terngiang-ngiang

Celoteh telah membuyarkan lamunan
hingga burung-burung pipit lari terbirit
hilang rasanya kesenangan
kala serapahmu menodai

Baiknya aku pergi
dengan segala perih diri
berjalan terantuk batu
tertatih-tatih tanpa sepatu

Tunggulah sebentar lagi
Tatkala hari terbenam mentari
kan kubawa seikat bunga
supaya kau kembali tertawa

Jakarta, 10 Nopember 2008

Kamis, 06 November 2008

Suara Tengah Malam

Apakah aku bermimpi mendengar suara
tanpa aku melihat wujud
ah, mungkin kau mengirim telepati
agar dapat kurasa hadir.
Atau itu hanya suara burung brenjak di malam hari
Yang bersiul-siul memanggil.
Entahlah, yang pasti aku gelisah
Ketika suara Indahmu hilang dibalik handphone.

: Sungguh, Aku ingin mendengar suaramu lagi.

Rabu, 05 November 2008

Pemetik Mawar

Di rerimbunan onak terselip setangkai mawar liar,
Terindah yang pernah ku tatap,
terharum yang pernah tercium.

Mendamba hanya kan mengiris pergelangan tangan
tapi hasrat tak dapat ku bendung
Hati turut merayap dan tangan terbawa alur menyentuh kelopak

Darahpun bercucuran tapi biarlah aku puas
Karena mawar putih berubah merah dan kesucian hanya dapat terjamah oleh para pejuang

Minggu, 02 November 2008

Dualitas

Photobucket
Aku berkata "aku"
dan DIA berkata "AKU"
maka haruslah mati salah satu
"aku" atau "AKU"

DIA berfirman : "AKU-lah yang Maha Abadi."
Maka aku yang harus mati
Agar AKU bersemayam dalam aku
Fana Insani



Assalamualaikum Wr. Wb.

Sesungguhnya manusia adalah Thagut (berhala) untuk dirinya sendiri karena dalam diri manusia terdapat sifat-sifat untuk menuruti kehendaknya sendiri dan melanggar perintah Allah SWT, maka sebaik-baiknya hamba adalah yang membunuh diri(ego)nya dan lebur kedalam kehendak Tuhan.

Allah bersabda dalam firmannya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu . Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." Al-Baqarah [2]:54

Dengan membunuh diri sendiri maka akan matilah Thagut (sesembahan) dan yang tinggal hanyalah Allah. Kita akan tetap hidup dalam kematian kita. Maka akan hilanglah aku dalam AKU. Perkataan kita akan menjadi Sabda-NYA, langkah kita akan menjadi Ridho-NYA, dan perbuatan kita selalu dalam naungan-NYA.

Demikianlah semoga ada manfaatnya.

Jakarta Selatan, 03 Maret 2008


Kuntet Dilaga

Aku Menyukai Subuh

Biarkan aku dalam subuh,
tanpa mentari dan bintang gemintang,
Hanya kemuning di ufuk timur yang berjalan dengan lambat
Aku ingin tetap disini di antara ada dan tiada
Di antara suara-suara tanpa rupa
Terpaku di tapal batas mimpi.

: Sungguh aku menyukai waktu subuh.

Jumat, 31 Oktober 2008

Manunggaling Kawula Gusti

Aku dan aku,
bersatu,
secangkir kopi panas.



---------------------------
Nb:
Dalam peleburan,
aku tak akan jadi Aku.
dan Aku tak mungkin jadi aku.
Hanya manisnya cinta yang terasa.

Kamis, 30 Oktober 2008

Malam Pertama

Malam pertamaku didalam kubur


Jangan menangis, bu!
Tak mau ku lihat sendu
Aku memang pergi
Tapi jangan ditangisi

Jangan bersedih, bu!
Ini malam pertama
Inginnya ku bahagia
Di dalam peraduan cinta

Jangan bersusah, bu!
Sekarang ku telah tenang
Yakinkan aku tak menghilang
engkau tetap ku sayang

Lihatlah anakmu (aku), bu!
Tersenyum memandang potretmu
Di kamar pengantinku
Setelah Kematianku.

: Bu, aku sayang Ibu !

Putus Cinta

Jangan biarkan air mata berderai
Bercucuran melahirkan sungai-sungai
Seka sajalah dengan kedua tanganmu
Yang selalu kokoh menopang sendu

Biarkan segala yang terlalui
Hilang seperti mimpi
Agar tak sesak dada kita
Menahan segala asa

Aku pergi dan kumohon kau pun pergi
Semoga tak ada lagi antara kita, peduli.
Sisakan saja puing-puing bangunan
Pabila engkau masih jua mau mengenang

Tapi ingatlah didepan jalan terbetang
Sepanjang kita mau memandang
Pasilah ada dendang
Membawa kita pada senang.

Kumohon kubur aku dalam hidupmu
Dan jangan menoleh saat bertemu.
Aku ada bukan untukmu
Dan Kamu bukan aku.

Kita Putus !

Minggu, 26 Oktober 2008

BAMBANG ARADHEA (PART V-TAMAT) "Akhir dari Sebuah Dharma"


Ibu,
Ku terlelap dalam dunia hitam kelam
Tertidur dalam penghinaan
Dan bayang-bayang penderitaan
Selalu menutupi jalan kehidupan.

Ibu,
Walau selaksa air mata kesedihan yang kau turunkan
Tak akan dapat menghalangi jalanku
Karena aku adalah yang terbuang
Maka biarkanlah tetap terbuang.

Ibu,
Hidupku kan ikut darma
Bukan untuk memihak keangkaramurkaan
Bukan pula memerangi kebenaran
Hanyalah membalas budi seorang sahabat
Yang telah memeluku saat ku tersayat.

Ibu,
Pabila nanti aku mati ditangan Arjuna
Ku terima kematianku dengan suka cita
Karena pandawa adalah Lima
Maka haruslah tetap Lima.

Ibu,
Maafkanlah aku
Cintaku kan tetap menyertaimu
Serta doa kan menyertai Saudaraku (Pandawa)
Dan semoga kebenaran selalu ada
Didalam hati para manusia



PART I PART II PART III PART IV PART V

BAMBANG ARADHEA (Part IV) "Adipati Karna Raja Angga"


Aku Radea
Putera Kusir yang Sudra
Adirata dan Radha

Ku ratapi diriku yang sudra,
Atas penghinaan para pandawa,
Juga penolakan drupadi
tatkala ku menangkan sayembara cinta.

dikala tangan duryodana terbuka
Kusandarkan harapanku pada Kurawa
Dan aku yakin akan tulusnya sahabat
Dari para penjahat.

Akulah Raja Angga
Sang Adipati Karna.



PART I PART II PART III PART IV PART V

BAMBANG ARADHEA (Part III) " Kisah Pandu "


Pandu dewanata raja astinapura gundah hati,
tak mungkin dia beristri
karena kutuk sang resi.
Kijang kencana elok rupa,
dipanah sedang bercinta,

matilah sepasang resi'
yang sedang di mabuk birahi.
Tapa brata ia lakoni,
minta petunjuk yang Widhi.

Datang wangsit dari dewa,
agar ikut sayembara,
Surasena raja Kuntiboja
sedang gelar sayembara.
Sayembara telah laksana
Pandu dewanata adidigjaya
laksana peristri Dewi Prita.

Prabu Salya murka,
tiada ngiring sayembara.
Tantang Pandu dewanata,
agar serah Dewi Prita.
Dewi Madri yang jadi undi,
agar kelak jadi istri,
kalaulah Prabu Salya kalah daya.
Tetaplah pandu adigjaya.

Dewi Kunti istri Dewanata,
rapal aji sejati rasa,
panggil dewa minta putera,
kelak disebut Pandawa Lima.
Yudistira, Bima, Arjuna,
Putera-putera perkasa kunti.
Nakula Sadewa,
sepasang putera Dewi Madri.

Pandu dewanata,
tak kuasa tahan asmara,
api birahi mulai meninggi,
bercinta dengan Dewi Madri,
lupa kutuk sang resi.
Pandu dewanata binasa,
karena hubungan asmara.

Madri sesali diri,
tak mampu tahan syahwati,
hingga hilang sang suami.
mencoba ratapi sedih,
cebur diri di api kremasi,
susul sang suami ke alam sorgawi.



PART I PART II PART III PART IV PART V

BAMBANG ARADHEA (Part II) " Kelahiran Manusia 1/2 Dewa "


Dewi Prita muram durja,
tak kuasa akan karma,
kandung jabang tanpa bapak.

Sang surya welas asih,
datang didepan sang kekasih
“Wahai Kunti Kasihku,
aku tahu kesusahanmu".

"kalau anak kita telah ada,
berilah nama KARNA,
sebab dia lahir ditelinga,
agar kesucianmu tetap terjaga".

"hanyutkanlah kesungai aswa,
alamlah yang akan jaga,
dan aku mentari akan awasi”

Tak lama Lahirlah KARNA,
putera sang surya,
badan bercahya,
titisan dewa.
Pakaian perang dia bawa,
bukti seorang perkasa.

Sungai aswa bawa cerita,
angin semilir ikut menyisir,
mentari pagi iringi buah hati,
dan peti terhanyut,
menyusuri jalan hidup,



PART I PART II PART III PART IV PART V

BAMBANG ARADHEA (Part I) " Kisah Cinta Dewa Surya"



Kunti,
Sang dewi rapal mantra sejati,
Dengan ketulusan hati,
Hingga getarkan langit dan bumi.

Sang Surya penguasa langit nan perkasa,
Tergetar karena doa-doa,
Terpana akan pesona,
Sang dewi nan cantik rupa.

Birahi Melanda,
Rasa Cinta Membara,
Dua insan bersatu,
Dalam kelambu biru.

Sang surya harus laksanakan darma
Kembali ke angkasa
dengan cahaya yang membara,
sinari dunia,

Dewi Kunti ratapi diri,
Dengan apa tutupi diri,
Hanya pasrah pada Illahi,
Kelak lahir Ksatria Sejati



PART I PART II PART III PART IV PART V

Jumat, 24 Oktober 2008

Ku Temukan Tuhan di Neraka

Kemarin malam datang telegram
Pesan singkat dari Tuhan
Tentang undangan persinggahan

Aku melaju ke taman surga
Penuh rupa bunga-bunga
Tak jua tercium harumnya

Pergi pula ke istana
Perabotan perak apik tertata
Indah nian tapi hampa

Ah, kenapa hampa?

Lalu kembali lewati shirat
Titian sebesar urat
ku waspada agar selamat

Tak dinyana terjerembab
Terjatuh ke neraka biadab
Yang dikutuk orang-orang beradab

Api membara melahapku
Hancur sudah jadi abu
Sudah tenang rasanya kalbu

Ah, kenapa tenang?

KU TEMUKAN TUHAN DI NERAKA)*

______________________
)* Surga tak lagi indah kalau Tuhan tidak disana.

Minggu, 19 Oktober 2008

Bersaksi di Pintu Surga

Aku bersaksi di pintu surga
Berpintu batuan kumal
Dikelilingi benteng terjal
Seolah menjejal

Aku bersaksi di pintu surga
Pintu telah berkarat
Dihias noda-noda pekat
Melihatnya aku sekarat

Aku bersaksi di pintu surga
Gerbang belum terbuka
Mungkin kunci harus di bawa
Apakah kunci surga?

Aku bersaksi di pintu surga
Tergurat Lapadz Sahadat berirama
Mengajakku untuk bermakna
Tentang nyawa Kalimusada

Aku bersaksi di pintu surga
Kerasnya Jiwa baru kurasa
hati berkarat masihlah nyata
Mungkinkah masuk kesana?

Aku bersaksi di pintu surga
Hanyalah Hamba yang hina.

_____________________
Wahai jiwa yang tenang (nafsu mutmainah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku. Al Fajr (89): 27-30

Jumat, 17 Oktober 2008

9

Demi Ar-Rahiim
Makan tanpa usaha
Cloning Surga


Assalamualaikum, Wr. Wb.

Allah SWT telah menciptakan rahim bagi wanita adalah tentu saja mempunyai suatu tujuan. Lewat rahim inilah manusia baru akan tercipta. Tapi kenapa harus wanita yang Allah karuniakan rahim? Tentunya karena Allah pun telah memberikan kehalusan budi, kasih sayang dan kepekaan untuk menjaga dan melindungi buah hatinya, dan untuk lelaki sebagai gantinya Allah SWT telah memberikan kekuatan, cinta dan rasa tanggung jawab yang besar untuk istri dan anak-anaknya.

Di dalam rahim Allah mencipta dan merubah bentuk Insan. Dimulai dari sperma yang bercampur dengan sel telur, kemudian diubah menjadi segumpal darah, segumpal daging, diberi tulang, saraf-saraf dan lain sebagainya, maka jadilah seorang manusia sempurna di dalam rahim.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insaan) dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. QS. Al insaan (76): 2

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. QS. Al Mu'minuun (23): 12-14

Di dalam rahim pulalah Allah telah memperkenalkan tentang adanya Hukum Tuhan (perintah dan larangan), dan Allah pun telah menetapkan sifat-sifat Insan didalam rahim sang ibu, sehingga saat bayi (manusia) itu lahir dia sudah bisa merasakan ketakutan akan dunia barunya ini ditandai dengan tangisannya. Ini di karenakan Ia sudah dapat merasakan beban kehidupan dan juga harus mentaati perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, yang tentu saja berbeda dengan hidupnya semasa didalam rahim (kasih) yang kehidupannya adalah tercukupi tanpa ia harus berusaha untuk meraih kasih tersebut.

Setelah Insan lahir kedunia maka pendidikan, orang tua dan lingkunganlah yang akan merubah karakternya sehingga manusia di ingatkan kembali tentang hukum-hukum Tuhan, tapi kadang juga yang timbul adalah pertentangan batinnya untuk melawan karena pengaruh orang tua, keluarga dan lingkungannya, ataupun ketidak mengertiannya akan hukum-hukum Tuhan.

Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.QS. An Nahl (16): 4

Tetapi bagi manusia yang bertaqwa tentu saja balasannya surga, disana ia tidak perlu bersusah payah dan tidak juga merasa susah, seperti kehidupannya dulu didalam rahim bunda.

Maha suci Allah SWT yang telah menciptakan rahim sebagai perlindungan, mencipta dan menjaga calon insan selama (± 9) sembilan bulan lamanya.

Rabu, 15 Oktober 2008

Mencari Kiblat di Negeri Arsy Bagian II

Bagian II: Gegernya Istana Pajajaran.

Di Istana kerajaan geger karena puteri Rara Santang pergi dari Istana, seluruh punggawa serta hulubalang dikerahkan untuk mencarinya, tapi tak seorangpun dapat menemukannya.

Rarasantang pergi mencari Kakaknya sampailah ia ke gunung Tangkuban-perahu, ia merasakan keletihan yang sangat dan akhirnya iapun beristirahat dibawah pohon.

Kerinduan dalam pencarian 4)

Terseok-seok perjalanan
Berkelok-kelok lekuk kehidupan
Meraja di penjuru pencarian
Tak jua dapat ditemukan

Ke gunung aku bingung
Di laut tambah kalut
Ke hutan banyak setan
Letihku dalam pendakian

Tapi tak akan berpaling
Dari tujuan yang terpenting
Tentulah ada jalan
Untuk dapatkan pencerahan.

Dimanakah ada dalam tiada?



Ketika sedang Istirahat datanglah seorang nenek bertanyalah nenek tersebut, “Geulis, Sedang apa engkau sendirian dan kenapa engkau menangis?”
“ Ibu saya adalah Rarasantang, saya sedang mencari kakak saya Walangsungsang. Sudah beberapa hari saya mencari tapi saya tak saya temukan, apakah Ibu mengetahuinya?”

Nyai Anjar saketi merasa iba melihat keadaan Rara Santang “ Anakku Kakakmu saat ini ada digunung Marapi, ia sekarang telah menikah, susul segera Kakandamu, pakailah selendang ini dalam perjalananmu” Nyai Anjar Saketi menyerahkan Selendang yang ia bawa. “Terima Kasih Ibu telah menolong saya”.

Setelah selendang itu dipakai oleh Rara Santang badannyapun melesat menjadi cahaya dan dalam hitungan detik ia sudah sampai di Gunung Marapi tempat Walangsungsang tinggal.


Sesampainya di gunung Maraapi, Rara santang bertemu dengan walangsungsang, mereka tak kuasa menahan kerinduan, tangisan dan pelukanpun bersambut, rasa haru mulai merasuk, Endang Ayu istrinya Walangsungsang kaget melihat Suaminya tengah berpelukan dengan seorang wanita. Bertanyalah Ia : “Kanda, siapakah yang kau peluk itu?”Istriku kenalkan ia adalah Rara Santang adik kandung kanda. Ia kesini menyusul kanda, dia sangat rindu dengan Kanda seperti juga rindunya kanda dengannya. Rarasantang dan Walangsungsangpun akhirnya dapat bertemu.,

Sudah beberapa bulan mereka tinggal di Gunung Marapi, walaupun ketenangan sudah Walangsungsang dapatkan, tapi bayangan tentang islam selalu memanggilnya, iapun sadar bahwa ketenangan belumlah pantas ia raih, ia harus mengejar keinginannya,

Maka setelah berunding dengan Istrinya ia pun memutuskan untuk meninggalkan gunung marapi , tapi bagaimana dengan istri dan adiknya, apakah akan ikut serta,? Sedangkankan perjalannya nanti sudah tentulah penuh dengan marabahaya. Maka Walangsungsang pun menghadap Resi Danuarsih. "Ramanda Resi, hamba merasa sudah saatnya hamba turun gunung untuk kembali kepada tujuan hamba semula, bukannya hamba tidak nyaman tinggal di sini, tapi pengorbanan ini rasanya sia-sia belaka kalau sampai tak sampai tujuannya, maka dari itu Ananda menghadap Ramanda Resi untuk memohon wejangan."
"Puteraku Walangsungsang, Ramanda tahu ke susahanmu, terimalah cincin atau Ali Ampal ini dan masukkanlah Istri dan Adikmu kedalam cincin ini". Ujar sang Resi sambil menyerahkan cincin tersebut.

Cerutu - Menggerutu





Gincu - bergancu
Ayu - merayu
Lugu - melagu
Sepi - tersipu
Napsi - menapsu
Aku - terpaku

Duh Gusti, Ini sich Dji Sam Soe !

Selasa, 14 Oktober 2008

Atap Rumah

Berbatas pandang tak terbatas awang-awang.
Tanpa topang beratap tanpa tiang.
Bercahaya dalam terang tapi indah dalam hitam.
ku terbuai dalam naungan.


Maha suci Allah yang telah menciptakan langit sebagai atap dan bumi sebagai permadani...

Senin, 13 Oktober 2008

Mencari Kiblat di Negeri Arsy

Raden Walangsungsang tertegun seakan tak percaya akan mimpi yang baru ia alami, ia yakin kalau ini bukan sekedar mimpi, ini adalah ilham, tapi siapakah Muhammad seseorang yang hadir dimimpinya yang mengaku utusan Tuhan, agama apapula Islam yang Muhammad ujarkan sebagai agama penyempurna dari segala agama.


Seribu Tanya Menyeruak dalam Semak 1)

Tak pernah selain Muhammad,
Nurnya cahaya semesta
Ku kira Betara
Atau ini hanya morgana.

Gusti yang widi
Penguasa Muhammad yang diridhoi
Kalaulah Islam hakiki
Jadikanlah aku abdi.

Kemana harus kucari kebenaran sejati?


Prabu Siliwangi melihat kemurungan putranya ia pun bertanya kepada Walangsungsang.
“ Puteraku, apa yang membuat kau gundah “
“ Ampun seribu ampun Rama Prabu, Ananda bermimpi berjumpa dengan Kanjeng Muhammad yang mengaku utusan Yang Widi, ia mengajarkan tentang agama Islam kepada hamba, dan saat hamba terbangun hamba hanya mendapati hamba sendirian didalam peraduan, hamba kangen dengan ajaran beliau, Rama Prabu ! “
“ Puteraku Walangsungsang calon pewaris padjajaran, agama kita dari dulu sampai sekarang adalah Hindu agama para Sanghyang, engkau adalah keturunan Pandawa, tak baik merubah paham, junjunganmu adalah Sanghyang Nur Cahya bukan Muhammad, lupakanlah saja mimpimu, mungkin itu hanyalah bunga tidur “
“ tapi rama sudah teramat berat rindu ini untuk mencari ajaran Islam, Ananda rasa ananda perlu turun gunung untuk mencari kebenaran yang hamba yakini”
“ Walangsungsang kau telah membantah perintahku, kalau kau bersikukuh dengan pendirianmu pergilah, dan janganlah menganggap aku sebagai Ramandamu lagi”

Walangsungsang dengan segala tekad akhirnya memutuskan untuk mencari agama Islam.
Tangis membahana dipenjuru Istana, mengantarkan kepergian pangeran tercinta.Tak kuasa airmata perpisahan mengalir membasahi seraut wajah penuh cinta antara adik (Rara Santang) dan kakak (Walangsungsang) sirna sudah putera Mahkota mengejar keinginan hatinya.


Mencari Jati Diri 2)

Bayang-banyang cadar kemolekan
Membawa diri tertuju garis persimpangan
Rindu adalah asal dari cinta
Maka inilah asmara

Kepergian moga laksana isra
Dari satu sungai menuju samudra
Atau dari pulau ke benua
Tekad adalah baja

Bila hanya diam membisu
Lalu hidup tak ada tuju
Maka semua kan berlalu
beku tetap sembilu

Biar ku tinggalkan istana...


Raden Walangsungsang pergi mengikuti arah matahari terbit, dan sampailah ia di kaki gunung Marapi, disana ia bertemu dengan seorang Resi.

Bertanyalah resi tersebut : “ Wahai anakku, siapa namamu, sepertinya engkau bukanlah dari golongan biasa, siapa engkau dan apa yang engkau cari ?
“ Pertapa yang agung nama saya Walangsungsang putera prabu Siliwangi, saya sedang mencari Agama Islam, Wahai Resi pinandita dimana agama itu dapat kutemui “
Tersenyum Resi tersebut “ Walangsungsang anakku, engkau mencari Islam, tapi saat ini engkau belum bisa mendapatinya, tapi pasti kau bisa menjumpainya, ikutlah dulu ketempat bapak, disanalah Jodohmu berada.”

Maka ikutlah walangsung ke kediaman Resi Danuarsih kemudian dijodohkan dengan puterinya Nyai Mas Endang ayu.


Adab Berkhalwat 3)

Di gunung Marapi terhenti kaki
Memusatkan ruh indrawi pada satu Dzati
Terdiam membisu dalam hening malam
Menyatu pikiran dalam bayangan wajah Tuhan

Kemewahan dunia akan Morgana
bila kita melihat Djalal-Nya
Hanya satu Dzat yang hakiki
saat cinta-Nya menyapa diri

Naps ini moga bukan api
Pabila api ambilah hanya pelita
pelita akan tetap membara
Inilah yang dimaksud Mutmainah

Gunung Marapi
Menjadi paku bumi
Dan aku terpaku
Di dalam samadi

Diamnya naps adalah Ibadah
Semoga dapat Iradah

KYAI

Terbit di Jurnal Sastra RuangMelati Periode Maret 2009

Pohon padi tunduk berisi, tapi bagaimana dengan Kyai?
makin berisi makin menjadi-jadi.

Mengaji... Mengaji... Teruslah mengaji!
Tapi apa yang terkaji, jika hati merasa suci.

Mengajar... Mengajar... Teruslah mengajar!
Tapi apa terpelajar, jika merasa paling benar.

Perintah... Perintah... Teruslah memerintah!
Tapi jangan hanya perintah, jika tak sudi buang sampah.

Singsingkan lengan baju, Jangan takut gamis ternoda.
Lepaskan terompah baru, berjalanlah tanpa mahkota.

:Surga di bawah telapak kaki, bukan dibesarnya kepala.

Minggu, 12 Oktober 2008

2,5 - 2.5 = 0

Satu yang mengganjal pemikiranku,
Apakah mustahiq berkewajiban membayar Zakat Fitrah?

2,5 terbayar sudah
dari cucuran jerih payah
hartaku habis punah

Amil menenteng 2,5
Mengetuk pintu rumah
Ku terima jatah

2,5 – 2,5 = 0

Es Teh Manis

Puisi ini special untuk Semua Hawa yang manis...
Andaikan gula, mungkin sudah aku masukan ke Air teh dan aku teguk.
tapi ia adalah wanita manis yang hanya bisa aku pandangi.
Andaikan saja dia tahu!


Rasa Gula, manis.
Ku tuang.

Ruh Gula, manis.
Ku pandang.

SMS dari Alam Kubur

Biar tanah memakan daging
Ku akan bergentayangan menghantui
Menjadi mentari yang membayangi
ke-ada-an mu dalam ke-tiada-an diri.

Untukmu selalu ada
Meliputi dengan segenap cinta
Walau aku tahu bahwa
Ingatmu semakin sirna.

Metamorfosis

Demi aku,
Kau sandang gaun kupu-kupu.

Ku ukur punyamu,
apa muat denganku.

Cintakah Diri

Ku coba tanya pada angkasa
apakah rasa mengudara?

Ku coba tanya pada samudra
apakah cinta bermuara?

Ku coba tanya pada bumi
apakah ini suci?

Hanya hening jawaban mereka.

Ku tanya pada hata*)
tentang ini semua?
Ia hanya tertawa manja.

_________
*) hati

Ketika Naik Bus Trans Jakarta

Ketika naik bus Transjakarta
Mata liarku menyelinap mengintip payudara disana
Ingin rasanya aku menetek susu itu
Seperti kenangan masa kecil dulu

Ketika naik bus Transjakarta
Jiwa lelakiku berontak
Melihat pusar wanita yang terbuka karena modisnya
Teringat suasana disaat aku masih bersatupadu dengan tali-plasenta

Ketika naik bus Transjakarta
Pikiranku yang kotor menerawang memandangi kewanitaannya
Hingga timbul kerinduan akan pesona gua garba
Dimana aku mulai mengenal dunia.

Ketika naik bus Transjakarta
Aku teringat kasih bunda.

_____________________________
Puisi ini di cloning dari karya Dharmadi

Wanitaku

Wanita sebotol anggur
pabila di teguk
Aku ambruk

Wanita secawan madu
Bibirnya semanis susu
aku selalu dirayu

wanita pabrik gincu
senyumnya penuh tipu
hidupmu jadi benalu

wanita tempat maksiat
walau sekarat ku rasa nikmat
karenamu aku tak mau tobat

wanita berwajah iblis
manis tapi bengis
kantongku makin tipis

wanita racun dunia
aku muntah
saat ingat mereka

Pergilah kasih,
Aku ingin sendiri,
menyepi.

Akankah Aku (setan) Masuk Surga?

Aku adalah hamba yang berserah
Sejak awal penciptaan ku selalu pasrah
Ku ada dalam darah para pemarah
Dan aku menimbulkan amarah

Tak pernah terfikirkan hidup sebagai setan
Merasuk di jiwa manusia dalam kesesatan
Tapi itulah tugasku dari Tuhan
Sebagai godaan untuk insan.

Ah, andaikan aku boleh menggugat,
Kenapa aku di hukum berat
Hal Iblis yang bermaksiat
Lalu aku ikut terdamprat
Kakek Iblis memanglah laknat

Aku capek menggoda manusia
Andaikan di ijinkan ingin sejenak aku moksa
Tertidur di langit-langit dunia
Sambil memimpikan keindahan bidadari surga

Setelah ku jalankan perintah-Mu
Akankah aku masuk surga?

Ahmadiyah juga Islam, Kawan!

Dalam balutan sorban
Wajah iblis menyeringai mengagungkan Tuhan
Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar…
Memekak genderang telingaku yang dari tadi terjaga.

Aku hanya diam mendengar lolongan-lolongan setan
Meneriakan sumpah serapah kepada malam
Aku memang kelam
Tapi aku masih punya Tuhan

Wahai manusia yang mengaku penjaga syareat
Mengapa kau halangi kami Sholat
Hal kamipun baca Sahadat
Dan kami adalah sahabat

Kenapa tak kau hancurkan saja agama berhala
Yang telah nyata kekafirannya
Malah kau makan sepiring dengan mereka
Mengatas namakan kerukunan beragama.

Ingatlah Iblis si ulama pertama,
Dalam ibadahnya mengaku paling sempurna,
Hingga timbul kesombongannya
Dan akhirnya durhaka jua.

Sementara halangi aku berhaji
Kau pegang pisau belati
Bunuh diri ke ulu hati
Mati.

Apakah aku tak berhak menyembah Illahi?

Hilang dalam Kelam

Di naungi pucat rembulan,
bersimpuh aku menunggu pagi,
mencengkram segala malam
dan membenamkan didalam lautan kehampaan.

Ribuan nestapa,
menjadikan ku pergi dari dunia,
tapi aku masih ada dalam tiada,
karena wujudku berupa.

Ah, andaikan malaikat maut menjemput,
tentu aku segera bersujud,
memohon segera tercabut,
dari dunia yang penuh hasud

Di kesunyian, aku tenggelam dalam lautan kefanaan
Sungguh, dalam tiada ku temukan ada

Al-Hawa, aku tak mampu lagi bersyair

agi itu takbir begitu ada
Ketika pelangi membias wajahmu
Tetaplah nyata bidadari surga
Ketika kasih-Nya tulus padamu

Seperti biasa, aku hanya mampu memandangi pesona Al-Hawa, tanpa aku mampu berkata, hanya dapat merasakan harumnya iksa)*, sungguh engkau mempesona.

Entah sampai kapan pengecut akan terpecut, hingga membuat Al-Hawa terkejut, ah.. mungkin aku hanya curut, yang tak lagi bercicit karena carut.

Jantung kurasa berhenti berdetak, dan jarum jam berhenti berputar, hanya ingat pada satu nama, dirimu didalam dada.

"Aku tak mampu lagi bersyuara"

______________________
)* pakaian

Topeng Rembulanmu

Dalam cahaya rembulan
Topeng indahmu segelap malam
berbalut wajah bidadari nan suci
berkerudung dalam kidung nan merdu

Tanggalkan saja pakaian malam
Ku dapat lihat kau telanjang badan
bukan maksud menggauli
Agar kembali menjadi Mentari

Prahara Rumah Tangga

Puisi Tantangan Kata:
Rumah – Gawang – Batu – Air – bingung – awan – Karma –
pohon – jendela – kerja – angan – sungkem – geming –
sedih – bunga – bintang – lengang – perih


Dalam jurang kesedihan
Ku coba larutkan asaku didalam lengang
Merapatkan hati yang teriris perih
Dari kisah cinta yang kini binasa

Ah, inikah karma
Karena ku mendua
Jendelamu tak lagi terbuka
Terkubur makin membatu didalam prahara

Bunga-bunga yang dulu mewangi di pepohonan
Tak lagi dapat ku raba lewat ciuman
Hanyalah menjadi angan
Dalam berjuta kebingungan

Cinta, akankah kulihat lagi bintangmu bercahaya
Setelah rumah hatimu porak-poranda
Di hancurkan oleh kelaliman sang jahanam
Dalam kerjanya membagi rupa dengan dua bunga ?

Maafkanku telah meneteskan air mata syurgamu
Yang selalu kau jaga dalam rumah bahagia
Kini terombang-ambing
Dan Kita tak mampu bergeming

Di gawang kehancuran cinta ini
Aku sungkem mencium hatimu
Agar engkau mau memaafkan
Dan membangun kembali rumah kita di atas awan.

Jangan Pergi Sayang

Seuntai kata dalam balutan cinta
mana mampu meluluhkan kebekuan
hanya dapat mencairkan tetesan air yang mengering
dari lautan kristalisasi kesedihan

Tapi, jangan pergi sayang !
Aku hanya butuh kehangatan
setulus perhatian...

Menyambut Bulan Suci

Dimana pakaian gamisku
Yang kugantung di bulan-bulan lalu
Mau ku pakai diparuh waktu

Gerabah

Lempung basah
liat meliuk bentuk
gerabah si pencipta



Lempung basah tergeletak di sawah
Bercampur tahi dari tiap diri
Noda-noda peluh memberi sejuta rasa
Hingga lempung basah makin terhina

Pembuat gerabah mencoba ubah
Dengan tangannya coba perkosa
Sambil paksa dengan ilmunya
Maha seni serta rupa

Liat meliuk-liuk mulai terbentuk
Seonggok tanah mulai berwajah
Tapi tetap hitam-kelam
Kegelapan dimasa silam

Dengan jeritan gerabah lahir
Hadapi beban adalah dzahir
Tapi kini mulai terpikir
Tentang adanya tujuan akhir

Panasnya bara kuatkan rupa
Hingga suka merubah duka
Ketika ia mengenal pencipta
Wujudnya makin sempurna

- itulah kisah gerabah terindah
Gerabah sang Pencipta -

Jumat, 10 Oktober 2008

Membuka Tabir Kamar Pengantin

Di peraduan yang kuharap
Pintu kamar tetap terkunci
Tertutup rapat rasa senyap
Kesabaran sedang menguji

Di kamar pengantin yang ku ingin
Selalu terdengar suara memanggil
Sepanjang waktu ku tetap menanti
Agar terbuka hijab fantasi

Coba dobrak dengan jurus gebrak
Tapi pintu tak dapat di gertak
di dalam kamar terdengar sabda :
"Mandilah dulu barulah buka !!!"

Ladang

Adab bertani lakonnya ngelmu Sarengat

Cangkul ladang tanam benih kesuburan
Di aliri air kesabaran pupuk kebaikan
Itu ngamalan Tarekat

Tumbuh subur tanpa hama
Maka harus beryukur karena ketemu Hakekatnya

Pohonmu berbuah cahaya itulah Tahap Makrifat

Maka haruslah di ingat.

Ku Tergusur dalam Kemiskinanku



Diantara gedung-gedung menjulang
Ku ingin bersarang
Ditepi jalan layang
pikiran melayang
“Alangkah senang para periang”

Sedikit gaji aku syukuri
Meski kerja setengah mati
Tapi siapa peduli
Ku hanya hansip kuli

Langit pagi serasa mendung
Awan kelam sedang menggantung
Sambil sedih ku bawa pentung
Mengobrak-abrik seisi saung
“ Oh, istriku meraung”

Bedeng Kumuh binti rapuh
Kenanganku bermandi peluh
Kini rata runtuh
Kemana hidup harus ku kayuh…

- ku tergusur dalam kemiskinanku -

Ngaji Diri

Lihatlah dalam lukisan
Tuhan ada dalam ketiadaan
Secercah rupa tak berolah
Nampak dalam setiap wajah

Kitabullah adalah mahluk
yang dikaji dalam bentuk
Kitabullah adalah alam
yang diaji siang malam

Akulah Kitabullah
yang harus kau olah
mulai "Alif" sampai "Ya"
pasti nampak Rupa-Nya

Aku mengaku dalam keakuanku
Tuhan ada dalam aku

Aku mengaku dalam keakuanku
Aku ada dalam Tuhanku

Kisah Cinta Tuts & Ta

Ku sentuh dirimu dengan emosi
Merabamu dengan segenap hati
Ku rasakan segala cumbuan
Mulai mempengaruhi otakmu.

Meluncur begitu saja kata-kata yang tak terduga
Jatuh di mukamu segala asa,
Gundahku, kesedihanku, emosi serta kesenangan,
Tercurah sudah padamu.

Kata-kata yang selalu dihati
Telah engkau ketahui
Tersimpan didalam memori
Tanpa aku harus basa-basi

Rabaan tanganku mulai menjelajahi seluruh tubuhmu
Desah napas memburu bersama rasa
Beban hidup ini teruah bila sudah bersatu denganmu
Hilang sudah penatku.

Di kamarku selalu kutempatkan kamu
Kadang tergolek lemah di sudut kesendirian
Kadang menggodaku ketika aku tak mau,
Tuts, aku tak bisa menghentikan diriku.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka
Mataku terbelalak melihat sang kakak,
Menatap tajam padaku,
“Ta, matikan dulu komputermu, aku ada perlu”.

Ku hentikan sentuhanku
Wajahmu yang cerah menjadi “Kelabu”
Tapi tidak hatimu.
“Tuts, tunggulah aku” bisikku.

Bendera Setengah Tiang

Tumpah sudah darah para pejuang
menyisir mengalir menuju hilir
tertambat dalam semangat yang hebat
Cinta akan satu cita: "Merdeka".

Bara telah nyata dalam merah
Nurani memilih untuk putih
berkibar Indonesia diantara nusa
diantara tiang-tiang penuh cinta
dan linangan air mata syuhada..

Bangsaku..
Dimanakah Jiwa-jiwa patriot bersemayam
Dimanakah darah-darah kesucian kini tertanam
Dapatkah kau rasakan harumnya pakaian yang kusandang
Dapatkah kau percikan bara didalam jiwa yg tenggelam
Dapatkah kau buktikan karyamu, baktimu kepada bunda.

Aku pertiwi,
Datang menagih bakti.
Jangan pernah kau kibarkan,
benderaku setengah tiang.

Tik..Tak..Tik..Tak..

Tik..tak..tik..tak..
Itulah suara
berirama melantunkan nada
Kadang Tik.. kadang Tak..

Tik..
Berjuta titik, penuh tanya
berakhir pada satu titik, binasa

Tak..
Bersifat tak, itulah Larangan Tuhan
Tak boleh dilanggar, Sang pembuat tata

Tik..tak..tik..tak..
Maju kedepan, turun kebawah,
Mundur kebelakang, Kembali ke angka hampa (00:00)
Fana Insan.

Tik..tak..tik..tak..
Perhatikan tik
agar tahu tujuan akhir
Dengarkan tak
Agar tau batasan dosa

Tik..tak..tik..tak..
Hidup adalah jarum jam.

Luvandraa, Cahaya Sastra yang Terluka

Segurat Noda ku gores di ujung pena
Sehujat penat mengiris hati sang sastra
Akankah kata berhenti cerca?
Ups... Ku terbawa gejolak Jiwa.

Keindahanmu bangkitkan kesadaran akan adanya kebebasan
Kau telanjangi aku dengan pesona karya
Akankah satu persatu pakaian tertanggal?
Ah... Ku mulai terpenggal.

Mohon dekatilah ku dengan rapat tubuhmu
Berkolaborasi dalam segenap maap yang kutunggu
Akankah kita bisa berpadu?
Duh... Hinanya aku.

Cinta Kita tetaplah padu
Cinta pena aku dan kamu
Akankah warna bersatu?
Ah... Kuharap kau mau.

"Luv, maafkanlah kemaujudanku"

Maafkan Aku TAS

Photobucket
Terbit di Jurnal Sastra RuangMelati Periode Maret 2009

Telah aku temukan,
Tas yang pernah hilang,
Tapi mengapa usang,
Mungkin kan kubuang.

Bukannya tak ingin ku memelukmu,
Menciummu seperti dulu,
Tapi dirimu,
Bau...

Kasmaran

Tanpa ku duga Ia datang menemuiku,
“Dewi, siapa namamu ? “ tanyaku
tapi ia hanya tersenyum,
dan saat ku lihat bibir tipisnya merekah
yang kurasa adalah bahagia.

Dewi, mengapa engkau menemuiku ? tanyaku lagi
Aku adalah rasa,
aku datang membawakanmu Lentera yang pernah kau titipkan padaku
dan saat ini lentera kembali menyala,
Lihatlah dan terimalah…

Aku teringat bahwa aku pernah berjumpa
Aku pernah menitipkan Lentera hatiku yang padam
Dan saat ini Lenteraku telah kembali menyala.
Akupun tersenyum bahagia
memandang wajah ayu pembawa lentera

Ku lihat dikedua tangannya yang halus
Terdapat dua lentera
Tanpa kusadari aku meraih salah satu lentera itu
Dan menyimpannya di hatiku.

Dewi hendak kemana dirimu?
Aku hendak membawakan Lentera ini
Untuk orang yg kau rindukan
Karena Ia pun membutuhkan Lentera ini
Untuk menerangi hatinya

Iapun tersenyum hangat, sehangat hatiku,
sehangat lentera yang ia bawa.
Aku lihat ia berbalik,
terbang sambil mendendangkan kidung kerinduan
terbang diantara gedung-gedung, ladang, sawah, sungai, pantai
dan apapun yang dilaluinya telah berubah menjadi cahaya
Ya, dunia telah menjadi cahaya.

Akupun terbangun dalam mimpi,
Ku lihat disekeliling
Dunia telah berubah menjadi dunia penuh cahaya

Tiba-tiba sebersit kerinduan menyeruak di dalam hatiku,
Semakin lama semakin membara,
Hingga membakar hatiku, jantungku, ususku, tanganku, rambutku, urat nadiku
bahkan seluruh tubuh dan jiwaku telah terbakar karenanya

Tanpa ku sadari hati dan lidahku bertanya

“Ta, apakah engkau bermimpi yang sama?”

Pesan untuk Pemalas

Untuk apa menyembah
Kalau tak tahu yang disembah
Tidur saja sana
Ibadah tak usah

tapi jangan tidur disini
bumi ini adalah milik-Nya
Pergilah ke tempat kau bisa ngorok
Tidak juga diam di langit
angkasapun adalah kerajaan-Nya
Jadi, Segeralah Enyah..

Khamar

Anjing – anjing menyalak,
Maksud tuk mengajak,
Daku dalam arak

Syetan – syetan tertawa,
Lihat ku terlena
Dalam dunia yang dusta

Biadab,
Air Laknat,
Buat ku sekarat.

Aku teguk,
Aku mabuk,
Dan aku ambruk.

Zina Maqubat

Wanita – wanita yang berserakan,
Menukar kehormatan dengan keduniaan,
Kau bilang keterpaksaan,
Hal adalah pilihan.

Lelaki – lelaki pencari birahi,
Sebelang hati, berbohong istri.
Kau bilang keperkasaan,
Hal adalah penyakitan.

Ku bagian di antara kamu,
Dan hidupku ...
Menghitung waktu.



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Zina ma’qubat (yang bisa dikenai hadd) ialah perbuatan dimana seorang laki-laki dan perempuan yang jelas-jelas tidak diikat oleh pernikahan yang sah (menurut syariat Islam), melakukan hubungan kelamin sehingga hasyafah si laki-laki masuk kedalam farj si wanita, tidak peduli apakah terjadi orgasme ataukah tidak. Dalam hal ini, pelaku-pelaku harus berada dalam kondisi terikat taklif.

Zina definisi inilah yang akan di kenakan sangsi (“Uqubat) duniawi yang diatur oleh syariat. Fungsi ‘uqubat tersebut adalah untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat dan juga kepada pelaku. Sementara itu, aspek batiniyah serta pertaubatan merupakan urusan antara pelaku dan Allah.

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. QS. An-Nur (24) : 2

Laki-laki yang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu’min. QS. An-Nuur (24) : 3.

Dalam hukum Barat, dua orang yang berzina atas dasar suka sama suka tidaklah dikategorikan melanggar hukum. Atau, jika tidak ada tuntutan kepada lembaga peradilan maka masalah ini bukanlah perkara hukum. Namun secara adat, sebagian besar masyarakat (termasuk non muslim) masih menganggap zina sebagai perbuatan tercela (aib). Anggapan ini tidak lain berasal dari fitrah kemanusiaan mereka.

Dalam Islam, justru yang dilakukan secara suka sama suka itulah yang dinamakan dengan zina. Jika dilakukan secara paksa (yakni memperkosa) maka pemerkosa telah dikategorikan melakukan tindak hirabah, bukan lagi zina. Sementara yang diperkosa tidak dihukum, karena ia dipaksa. Hanya saja perlu dicatat bahwa ‘uqubat zina tidak akan jatuh apabila tidak ada pengakuan dari pelaku atau tidak ada tuntutan kepada pelaku (melalui persaksian yang memenuhi syarat).

Yang menghawatirkan saat ini adalah semakin menjamurnya pintu-pintu zina yang semakin lama semakin terang-terangan dengan adanya tempat-tempat maksiat yang makin meraja baik yang terselubung ataupun terang-terangan, semakin banyaknya wanita-wanita yang menjual diri dan kehormatannya dan banyaknya pria-pria yang berstatus sebagai gigolo mengakibatkan ladang kemaksiatan semakin tumbuh subur bak pepohonan yang tiap hari disiram. Maka tak urung merekapun seakan lupa dengan hukuman duniawi dari Tuhan dan menyepelekan Adzab akherat yang lebih berat.

Mereka yang berprofesi demikian sadar bahwa perbuatannya adalah tidak dibenarkan oleh Agama manapun dan tercela, tapi sungguh mereka lebih mengharapkan dunia dari pada Akherat, dan sesungguhnya permohonan merekapun hanyalah sia-sia, karena Allah tidak memberikan Kebahagiaan didunia dan tidak juga di Akherat.

Semoga ada sedikit hikmah yang dapat diambil dari artikel ini, dan biarlah diri kita sendiri yang berfikir tentang resiko dan azab yang akan diturunkan Allah kepada setiap pelanggar dari hukum-hukum yang telah ditetapkannya. Sungguh, Allah adalah maha pengampun dari segala dosa.

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. Az-Zumar (39) :53



Wassalam,


Jakarta selatan, 18 Oktober 2008
Kuntet Dilaga

Ku Tunggu Kau Kekasih

Kasihku...
Satu alasan aku masih disini,
Adalah menunggu,
Cahaya keyakinan akan hadir,
Tiada aku ragu.

Kasihku...
Secercah bintang kejora yang berpijar
Itulah dirimu,
Yang akan menerangi hati
Dalam kesendirianku.

Kasihku...
Walau tiada aku tahu dimana dirimu,
Walau tak dapat ku ketahui siapa namamu,
Dan tak pernah terbayangkan elok parasmu,

Kasihku...
Aku selalu merindumu Seperti engkau rindukan aku.
Tatkala seorang hamba mengharap Tuhannya,
Begitu pula aku memimpikanmu,
Sungguh cintaku tak terbatas langit,
Sayangku seluas lautan asmara.

Kasihku...
Pabila engkau dapat mendengar rintihan hatiku,
Pabila engkau dapat merasa racauan lidahku,
Datanglah kemari dengan menari,
Siramilah hatiku agar berseri,
Dan jangan biarkan aku sendiri.

Hakekat Baitullah

Perjalanan para pencari Tuhan
adalah menemukan Baitullah.
Karena di rumah-Nya,
kamu datang memuja-Nya
Baitullah bukan tujuan pencarian,
tapi Jalan untuk menemukan Tuhan.

Tahukah kamu apakah hakikat Baitullah ?
Baitullah adalah cermin
dimana kamu mengenal diri
maka paham wujud-Nya ainul yakin.

Di Baitullah terdapat singgasana-Nya
Apabila kamu melihat ke langit,
akan kau lihat dunia.
Apabila kamu melihat ke timur akan kau temukan barat.
maka jangan dzahir tapi batin adanya
maka jelas nampaknya.

Pabila satu orang menyembah Allah di Baitullah,
maka cukuplah hanya untuknya.
Pabila ada seratus orang yang hadir,
maka cukup adanya.
dan bila seluruh manusia berkenan duduk di majlis
tak akan sesak Baitullah.

Peliharalah Baitullah,
niscaya baik perbuatanmu.
tapi pabila tak pernah kau tengok,
rusaklah akhlakmu.

Tahukah kamu hakekat Baitullah?
Baitullah adalah hati.
maka hadirkan jiwamu di hatimu
Niscaya kau temukan Tuhanmu

Asy-syuara

Photobucket

"Tidakkah kamu melihat,
bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah
dan mereka mengatakan
apa yang tidak mereka kerjakan.
kecuali penyair-penyair yang beriman
dan melakukan amal shaleh
dan banyak menyebut Asma Allah
dan mendapat kemenangan setelah di dzalimi
dan mereka yang dzalim
kelak akan tahu akan tempatnya kembali" (Asysyuara: 224 - 226)

Ya Robb,
Syair-syairku bukanlah untuk menandingi sabda-Mu,
Puisiku tak bermaksud menghujat-Mu,
dan kidungku bukan untuk merendahkan-Mu.

Aku adalah hamba sejati
apapun Asma-Mu
Allah bagi Islam, Yahwe bagi Yahudi
atau 99 nama yang kau cipta
tak kan sanggup kurasa
tuk tandingi keagungan-Mu
karena sesungguhnya engkau tidak bernama
tetapi Engkau ingin di kenal

Maka ijinkanlah Asysyuara tuk memujimu
dan biarkanlah orang yang mendengar syair kami,
puisi kami,
dan kidung kami
mengenalmu dan larut dalam Asma-Mu

Dosa & Cinta

Di pucuk pohon cinta,
menggelayut kerinduan akan kehadiran bidadari malam,
masih teringat jelas saat kau basuh airmataku,
masih ku ingat gelak tawamu, isak tangismu,
dan berjuta rasa yang kita bina.

Malam ini aku terkurung dalam bayanganmu,
terbelenggu akan belaian yang selalu kudamba siang malam.
Ingatkah kau dimalam itu ketika hati kita berpadu, ketika raga bersatu?
Disaat erangan-erangan kita berpeluh dosa
yang terucap hanya ya dan tidak.

Ingatkah kau disaat malam hening,
yang terdengar hanya detak jam dinding?
didalam sepi kau katakan
“malam ini hanya kita berdua yang terjaga.”,
saat itu dunia milik bersama.

Cinta,
di kala istriku tak ada,
marilah kita berdansa !

Sang Pelaut

-
KI KUNTET DILAGA:

Sewaktu adzan subuh
Perahuku pernah berlabuh
Di dermaga penuh cinta
Aku tertambat pada Vidya.

Di ranah minang penuh kenang
Selalu saja ada bayang
Ketika ada angin kencang
Aku harus pulang
Air matamu pun berlinang.

Aku Sang Djawadwipa
Pergi berkelana ke penjuru cinta
Hanya bermaksud mengembara
Jangan tunggu aku di dermaga
Karena ku hanya denawa.


VIDYA:

Di dermaga cinta masih kutunggu
Ku yakin Ia akan berlabuh
Tiap hari Genjring ku tabuh
Agar terdengar ku punya keluh.

Kemarilah Bang,
Segera tandang ke Ranah Minang,
Ku letih memeluk bayang
Wajahmu dalam kenangan.
Kapan Abang kan pulang?

Lihatlah dinda sedang nestapa
Cepatlah bersua agar tertawa
Dinda malu selalu dihina
Sebab kini berbadan dua.
Janinmu semakin tua.


TERDENGAR SYAIR TANPA RUPA:

Aku Sang Djawadwipa
Pergi berkelana ke penjuru cinta
Hanya bermaksud mengembara
Jangan tunggu aku di dermaga
Karena ku hanya denawa.

Rerupa Bunga untuk Arra

Harusnya ku serahkan rerupa bunga
Untuk mewangimu dalam balutan asa
Namun belum cukup ku rasa
Untuk sandingkan engkau dengan selaksa bunga

Kagumku tak hingga jua
Walau aku coba masuk ke ribuan jiwa
Atau terbang menembus angkasa
Hormatku laksana nirwana cinta

Bukan maksud memuja sahdu
Karena pujaku milik Tuhanku
Hanyalah kagumi diri
Saat dirimu mengharap janji

Seruku padaku:
“Dengarlah wahai Qolbu,
Disaat aku terkujur kaku dalam kelambu
Jiwaraganya memuja KEKASIH-ku”

Sembah Puji-puja dari Aku Sang Pecinta

Photobucket

Di kerinduan ini terpampang penuh gambar
Sebagai bukti cinta yang tak akan pernah sirna
Dalam hati ini terukir satu asma yang mewakili ribuan puja
: Sembah puji-puja dari aku sang pecinta

Kesucian cinta terjaga di dalam kerinduan
Mengkidungkan tembang-tembang harapan akan perjumpaan
Suara kecapi menambah romantisme sesaji serta dupa
: Sembah puji-puja dari aku sang pecinta

Semerbak keharuman kasturi yang ku guna
Seputih kain kafan yang ku siapkan dalam pertemuan
Untuk menyambut dalam sujud sembah harapan
: Sembah puji-puja dari aku sang pecinta

Surat cinta yang kau kirimkan
Ku cerna siang malam
Menjadi mahabbah kerinduan
: Sembah puji-puja dari aku sang pecinta

- aku cinta seperti aku cinta padaku -

Al-Masih Ad-Dajjal

Dunia membara dengan panasnya, tatkala norma mulai fana.
Manusia dilindungi ketamakan, pongah dengan segala kerusakan ulah.

Al-Masih si mata satu, agung sebagai penyatu.
Dengan cahayanya membentang rengkuh dunia dan pesonanya menggelapkan mata.

"Kun fayakun, jadilah!" nyatalah apa yang diucapnya.
"Dialah Nabi, dialah nabi!" seru umat manusia.
mukjizat begitu nyata tatkala kedua tangannya bercahaya.

"akulah Al-masih sang juru selamat, akulah pemimpinmu, akulah si mata satu, maka sembahlah Tuhan*) yang satu"

Di keningnya tertulis "Kafir", dan hanya terlihat oleh orang-orang yang berfikir.

____________________________________
*) yang dimaksud disini adalah Iblis