Senin, 13 Oktober 2008

Mencari Kiblat di Negeri Arsy

Raden Walangsungsang tertegun seakan tak percaya akan mimpi yang baru ia alami, ia yakin kalau ini bukan sekedar mimpi, ini adalah ilham, tapi siapakah Muhammad seseorang yang hadir dimimpinya yang mengaku utusan Tuhan, agama apapula Islam yang Muhammad ujarkan sebagai agama penyempurna dari segala agama.


Seribu Tanya Menyeruak dalam Semak 1)

Tak pernah selain Muhammad,
Nurnya cahaya semesta
Ku kira Betara
Atau ini hanya morgana.

Gusti yang widi
Penguasa Muhammad yang diridhoi
Kalaulah Islam hakiki
Jadikanlah aku abdi.

Kemana harus kucari kebenaran sejati?


Prabu Siliwangi melihat kemurungan putranya ia pun bertanya kepada Walangsungsang.
“ Puteraku, apa yang membuat kau gundah “
“ Ampun seribu ampun Rama Prabu, Ananda bermimpi berjumpa dengan Kanjeng Muhammad yang mengaku utusan Yang Widi, ia mengajarkan tentang agama Islam kepada hamba, dan saat hamba terbangun hamba hanya mendapati hamba sendirian didalam peraduan, hamba kangen dengan ajaran beliau, Rama Prabu ! “
“ Puteraku Walangsungsang calon pewaris padjajaran, agama kita dari dulu sampai sekarang adalah Hindu agama para Sanghyang, engkau adalah keturunan Pandawa, tak baik merubah paham, junjunganmu adalah Sanghyang Nur Cahya bukan Muhammad, lupakanlah saja mimpimu, mungkin itu hanyalah bunga tidur “
“ tapi rama sudah teramat berat rindu ini untuk mencari ajaran Islam, Ananda rasa ananda perlu turun gunung untuk mencari kebenaran yang hamba yakini”
“ Walangsungsang kau telah membantah perintahku, kalau kau bersikukuh dengan pendirianmu pergilah, dan janganlah menganggap aku sebagai Ramandamu lagi”

Walangsungsang dengan segala tekad akhirnya memutuskan untuk mencari agama Islam.
Tangis membahana dipenjuru Istana, mengantarkan kepergian pangeran tercinta.Tak kuasa airmata perpisahan mengalir membasahi seraut wajah penuh cinta antara adik (Rara Santang) dan kakak (Walangsungsang) sirna sudah putera Mahkota mengejar keinginan hatinya.


Mencari Jati Diri 2)

Bayang-banyang cadar kemolekan
Membawa diri tertuju garis persimpangan
Rindu adalah asal dari cinta
Maka inilah asmara

Kepergian moga laksana isra
Dari satu sungai menuju samudra
Atau dari pulau ke benua
Tekad adalah baja

Bila hanya diam membisu
Lalu hidup tak ada tuju
Maka semua kan berlalu
beku tetap sembilu

Biar ku tinggalkan istana...


Raden Walangsungsang pergi mengikuti arah matahari terbit, dan sampailah ia di kaki gunung Marapi, disana ia bertemu dengan seorang Resi.

Bertanyalah resi tersebut : “ Wahai anakku, siapa namamu, sepertinya engkau bukanlah dari golongan biasa, siapa engkau dan apa yang engkau cari ?
“ Pertapa yang agung nama saya Walangsungsang putera prabu Siliwangi, saya sedang mencari Agama Islam, Wahai Resi pinandita dimana agama itu dapat kutemui “
Tersenyum Resi tersebut “ Walangsungsang anakku, engkau mencari Islam, tapi saat ini engkau belum bisa mendapatinya, tapi pasti kau bisa menjumpainya, ikutlah dulu ketempat bapak, disanalah Jodohmu berada.”

Maka ikutlah walangsung ke kediaman Resi Danuarsih kemudian dijodohkan dengan puterinya Nyai Mas Endang ayu.


Adab Berkhalwat 3)

Di gunung Marapi terhenti kaki
Memusatkan ruh indrawi pada satu Dzati
Terdiam membisu dalam hening malam
Menyatu pikiran dalam bayangan wajah Tuhan

Kemewahan dunia akan Morgana
bila kita melihat Djalal-Nya
Hanya satu Dzat yang hakiki
saat cinta-Nya menyapa diri

Naps ini moga bukan api
Pabila api ambilah hanya pelita
pelita akan tetap membara
Inilah yang dimaksud Mutmainah

Gunung Marapi
Menjadi paku bumi
Dan aku terpaku
Di dalam samadi

Diamnya naps adalah Ibadah
Semoga dapat Iradah

Tidak ada komentar: