Jumat, 28 November 2008

Cinta Khayalan

Ada yang terdiam dipelupuk mata,
bukan mendung karena duniaku di gurun hampa,
bisa juga hanya pelangi tak berwarna
yang terlukis dilangit tanpa kata

Dia ‘lah yang bersemi dihati
Mengingatnya ‘kan jadikan rindu mengabadi
Tapi bentangan luas samudra tak berair menjadikan wujud hanya fatamorgana
Ketika hendak ku ciduk, engkaupun menghilang dalam lautan hampa

Cinta hanyalah daya khayal seorang pemimpi
Bila diri tak pernah berkaki
Manalah dapat melaju menemui
Sedangkan jejak langkahpun tiada ku miliki

Ketika hari temaram
Dunia gurun dihias gantungan indah gemintang
Itulah satu-satunya kesenangan
Menghitung jengkal bintang malam demi malam

Sampai kapan ku gantungkan titipan rindu pada bintang-gemintang
Yang hanya bisa menemani sepiku tanpa dia pergi menitip salam
Tiap malam hanyalah ada senyap dalam keramaian
Karena yang hadir di pelupuk mata hanyalah khayalan

Selasa, 25 November 2008

Tuhan Sang Pencipta Kejahatan

Aku adalah hitamnya ari
Hidup dalam sengatan mentari
Menjadikan ‘ku lupa diri

Hukum aku dengan lecutan cambuk api
Yang mendera seluruh sanubari
Agar mengelupas segala daki-daki dari kulit lelaki.

Deralah aku dengan murka
Mungkin dengan inilah ‘ku kan jera
Memandang lagi dunia dengan cinta

Darah merah biarkanlah teralirkan
Jatuh kebumi dalam kepasrahan
Dan sisakanlah darah putih yang membersihkan

Tuhan telah mencipta kejahatan
Agar aku belajar tentang kebaikan
Karena DIA mencintai ketaatan.

Jumat, 21 November 2008

Buah Dada Ibu

/1/

Bismillahirrahmanirrahiim.
Wa Idz ta adzdzana robbukum la in sakartum La aziidannakum,
Wa la in kafartum inna adzaabi la syadiid.
QS. Ibrahim (14):7


/2/

Dunia adalah buah dada ibu,
Disanalah aku belajar menyusu
Tapi naluri telah mempengaruhi
Bahwa ada buah dada lain yang harus dinikmati

Aku memang mencintai Ibu,
Sebabnya ‘lah aku tumbuh dan pengkuh
Tapi tak mungkin aku terus menete pada cintanya
Sementara kedewasaan mengajarkan ‘ku meniti kehidupan

Lewat bimbingan aku belajar berjalan dipagi hari
Lewat tangismu aku belajar artinya cinta-kasih
Lewat tatapan sendu ‘ku berani hadapi mentari
Sungguh rasa manis susumu akan tetap mengabadi

Engkau menyuruhku berjalan sendiri
Untuk aku mencari cinta sejati
Masih terngiang ceritamu tiap malam
Tentang adanya buah dada Tuhan

‘Kan ‘ku kecup buah dada Tuhan …


/3/

Adalah ku dapati buah dada Tuhan tak bersusu
Hal belum ku kecup kenikmatan dari persetubuhan
Sedihlah kini aku dalam keperjakaan.

“ Bu (dunia), tolong aku
ku tiada bisa tanpa susu
bolehkah kulumat kembali susumu?”

“Jangan anakku, bukankah kau telah dewasa
bilakah masih kau perah susu ibu, maka celakalah kamu.
Kerakusan ‘lah sebab keringnya buah dada.”

“Ingatlah, syukur mengendap dalam buah dada
Yang meruah seiring bertambahnya rasa
Walau t’lah penuh, tiada ‘kan tercecer kecuali kau hisap puting-Nya”

“Anakku, Pupuklah pohon syukurmu
Agar tumbuh subur cinta-Nya
Barulah kau ‘kan rasa bahagia, menikmati buah dada-Nya”

Ponpin, 21 November 2008

Kamis, 20 November 2008

Hari Penghabisan

Kala bumi pandangi langit
harapkupun semakin tipis
semakin aku kagumi rindu
batasanpun makin menjauh.

Saat mentari cintai bulan
semakin senja sinaran pun makin tenggelam
tapi cahyaku memantul dalam temaram
menjadikan bulan makin menawan

Ku nantikan dimana bumi bertemu langit
Ku rindukan saat mentari bertemu bulan
dan ku ingin melihat lagi seraut wajah
lusa kita 'kan berpadu dihari penghabisan

Minggu, 16 November 2008

Asy-Syuara (2)

Puisi adalah Institusi dari kepedihan jiwa
Yang aku memerlukannya sebagai Jeritan pujangga
Maka biarkan ku berteriak hingga serak terkulai dan merana.

‘Ku Mengembara didunia dan lembah-lembah gersang
Mengemban tugas sebagai pembawa air mata
wahai orang yang kehausan marilah minum air yang kubawa
dan hilangkanlah segala dahaga

Di gurun-gurun kesedihan
Marilah dendangkan kidung nestapa berlinangkan air mata
Di rumah-rumah Kehampaan
Marilah membaca jampi-jampi kematian dalam kehidupan yang tiada tujuan

Akulah Asy-Syuara sang pemilik luka.
terlahir dari rahim air mata dan lelehan vagina kata


Jakarta, 16 Nopember 2008

Sabtu, 15 November 2008

PURNAWIRA

Aku adalah endapan amunisi dari ribuan peluru yang bersarang di tubuhku,
maka jangan takut aku terluka
karena seyogyanya aku telah mati.

Hikayat Penggali Kubur

/1/

Seorang penggali kubur menjadi hikayat
Cerita termasyur amat sangat
Dialah Udin si juru selamat
Tanpa hadirnya mayat-mayat tetap terangkat

Inilah bulan-bulan tak pernah manusia tenggelam
Dan Udin tersiksa karena uang telah silam
Maka otak kerdilnya berdaya
Agar upah cepat dia terima

Malam itu bulan bersembunyi dalam ketakutan
Riak-riak air tak lagi bergelombang
Angin berhenti menghembuskan nafas
Dan terlihat wajah pucat menghinggapi Udin yang lemas

“Lapar…lapar…lapar…”
teriaknya di keheningan malam
mungkin hanya alunan jangkrik
yang mendengar udin memekik.

Berlarilah Udin membawa parang
Dinaungi awan malam tanpa benderang
Bergegas menuju ujung kampung
Disanalah kiranya esok terlihat mendung

Lima mayat menggelepar
Si Udin kembali kenyang.


/2/

Dusun terpencil terasa kucil
Di rumahnya si Udin menggigil
Tak lagi ada makanan
Yang tertinggal hanya pakaian

Malam itu bulan bersembunyi dalam ketakutan
Riak-riak air tak lagi bergelombang
Angin berhenti menghembuskan nafas
Dan terlihat wajah pucat menghinggapi Udin yang lemas

“Lapar…lapar…lapar…”
teriaknya di keheningan malam
mungkin hanya alunan jangkrik
yang mendengar udin memekik.

berlarilah Udin membawa parang
Dinaungi awan malam tanpa benderang
Bergegas menuju ujung kampung
Disanalah kiranya besok terlihat mendung

Satu mayat terakhir menggelepar
Esok tak lagi ada yang menguburkan.

Jumat, 14 November 2008

Pencipta Kata

Mulanya berlidah tanpa suara, MEMBISU
kemudian belajar dari alam tentang huruf KEHIDUPAN
dan dari langit tentang huruf-huruf KEMATIAN
Ku gabungkan KEHIDUPAN dan KEMATIAN agar tercipta makna, "KATA"

: Sebagai sebuah peringatan Tuhan !

KEKASIH yang Berdiri di atas Bukit

Harusnya kulemparkan saja kata-kata
ke dalam kanvas lukis.
Agar tak bisu walau lidah ini s’lalu kelu.

Lihatlah, dzat yang hina ini menatap keagungan
dan tiada mampu menjamah walau hanya memanggil nama.
sungguhpun ku hanya bermaksud memuja.

Aku bukan pujangga yang dapat merayu dengan pujian kata
pun bukan seorang pelawak yang membuat tergelak.
Hanya seonggok batu yang tak mampu berkata “Aku tergelincir dalam cinta.”

Maka biar saja aku diam dalam keabadian
memuja hanya dalam hayal.
Dan ku sembahkan cintaku teruntuk yang berdiri di atas bukit.

Jakarta, 14 Nopember 2008

Senin, 10 November 2008

Serapahmu Hari Ini

Bahasamu adalah nada
alunan tembang berirama
tapi hari ini suaramu sumbang
berdengung dan terngiang-ngiang

Celoteh telah membuyarkan lamunan
hingga burung-burung pipit lari terbirit
hilang rasanya kesenangan
kala serapahmu menodai

Baiknya aku pergi
dengan segala perih diri
berjalan terantuk batu
tertatih-tatih tanpa sepatu

Tunggulah sebentar lagi
Tatkala hari terbenam mentari
kan kubawa seikat bunga
supaya kau kembali tertawa

Jakarta, 10 Nopember 2008

Kamis, 06 November 2008

Suara Tengah Malam

Apakah aku bermimpi mendengar suara
tanpa aku melihat wujud
ah, mungkin kau mengirim telepati
agar dapat kurasa hadir.
Atau itu hanya suara burung brenjak di malam hari
Yang bersiul-siul memanggil.
Entahlah, yang pasti aku gelisah
Ketika suara Indahmu hilang dibalik handphone.

: Sungguh, Aku ingin mendengar suaramu lagi.

Rabu, 05 November 2008

Pemetik Mawar

Di rerimbunan onak terselip setangkai mawar liar,
Terindah yang pernah ku tatap,
terharum yang pernah tercium.

Mendamba hanya kan mengiris pergelangan tangan
tapi hasrat tak dapat ku bendung
Hati turut merayap dan tangan terbawa alur menyentuh kelopak

Darahpun bercucuran tapi biarlah aku puas
Karena mawar putih berubah merah dan kesucian hanya dapat terjamah oleh para pejuang

Minggu, 02 November 2008

Dualitas

Photobucket
Aku berkata "aku"
dan DIA berkata "AKU"
maka haruslah mati salah satu
"aku" atau "AKU"

DIA berfirman : "AKU-lah yang Maha Abadi."
Maka aku yang harus mati
Agar AKU bersemayam dalam aku
Fana Insani



Assalamualaikum Wr. Wb.

Sesungguhnya manusia adalah Thagut (berhala) untuk dirinya sendiri karena dalam diri manusia terdapat sifat-sifat untuk menuruti kehendaknya sendiri dan melanggar perintah Allah SWT, maka sebaik-baiknya hamba adalah yang membunuh diri(ego)nya dan lebur kedalam kehendak Tuhan.

Allah bersabda dalam firmannya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu . Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." Al-Baqarah [2]:54

Dengan membunuh diri sendiri maka akan matilah Thagut (sesembahan) dan yang tinggal hanyalah Allah. Kita akan tetap hidup dalam kematian kita. Maka akan hilanglah aku dalam AKU. Perkataan kita akan menjadi Sabda-NYA, langkah kita akan menjadi Ridho-NYA, dan perbuatan kita selalu dalam naungan-NYA.

Demikianlah semoga ada manfaatnya.

Jakarta Selatan, 03 Maret 2008


Kuntet Dilaga

Aku Menyukai Subuh

Biarkan aku dalam subuh,
tanpa mentari dan bintang gemintang,
Hanya kemuning di ufuk timur yang berjalan dengan lambat
Aku ingin tetap disini di antara ada dan tiada
Di antara suara-suara tanpa rupa
Terpaku di tapal batas mimpi.

: Sungguh aku menyukai waktu subuh.