Sabtu, 28 November 2009

Kidung Lara

1.
Untuk kesekian kalinya, ku simpan tanya dalam sunyi
Saat pohon-pohon berderit, menciptakan sebuah kidung lara
Kau menari-nari di atas tembang yang ku lantun
Begitu pedih kisah ini

Lalu musim seolah tak pernah berganti
Bagi pohon-pohon yang tak terbuahi

2.
Terdengar suara seruling yang ditiup penggembala
Gembala begitu gembira duduk diatas kerbau
tak pernah mengerti seruling sedang menangis
meratapi hidupnya yang dihembus nestapa

Oh, jangan kau hembuskan lagi janji-janji cinta
karena suara yang keluar adalah mimpiku yang kau tiup tanpa henti

3.
Bagaimana akan kutebarkan benih tawa diladang dunia
Bila hatiku dirundung rindu pada sawah nun jauh disana
Hanya tangis yang mampu menguap menjadi awan
awan berubah menjadi hujan

kan ku kirim hujan rindu pada pesawahan
yang tak mungkin akan reda
rindu padamu

Senin, 16 November 2009

Minum Anggur

Di malam perjamuan kudus
Kau tuangkan padaku secawan anggur
Yang kau perah dari pohon-pohon mimpi

Mimpi itupun mengendap didasar minuman
Ku teguk anggur itu dan kau berkata padaku
seolah membaca sebuah mantera : Tidurlah !!!

Seketika anganku melayang dengan ucapanmu
Ingin aku bertanya : untuk apa aku tidur ?

Mataku nanar, pikirku hilang dan akupun masuk kedunia mimpi
Dimana yang ada hanya aku dan engkau
Ditemani secawan anggur yang tak pernah habis-habis

Jangan bangunkan aku sayang !!! . Kataku ketika lelap.

Selasa, 10 November 2009

Ranting

Demi lembah yang membatu
Tiba-tiba saja burung kecil hinggap di ranting kering
Ranting yang hampir patah itupun kembali merasakan kehidupan
Kala mendengar kicauan si burung kecil

Ranting berharap
burung itu bersarang padanya

(Sungguh bodoh, bukankah burung lebih menyukai rerimbunan?)

Ketika burung kecil terbang
rantingpun ingin terbang
Apalah daya, ranting tak punya sayap
Kakinya telah dipinang tanah

Lalu dalam kerinduannya
Sehelai daun kering yang terbakar mentari
terbang tertiup angin
Mengejar si burung kecil

Senin, 02 November 2009

Penyatuan Dua Kerajaan

Ketika Ratu Balqis meminta sebuah singgasana maka dicurilah singgasana Balqis dan ditempatkan di Istana Sulaiman.

Sulaiman tahu mencuri adalah dosa, tapi bila dengan mencuri ia akan ditawan, maka ia bersedia menjadi tawanan asalkan ia di ikat dengan tali kasih. Maka terikatlah Sulaiman padahal ia adalah seorang raja yang berkuasa.

Ketika dua singgasana bertahta kerajaan apalagi yang lebih besar dari pada berpadunya dua hati yang saling melengkapi.

Minggu, 01 November 2009

Yang Berselimut

Wanita yang berselimut di sampingku
Tak jua kau buka mata
Pagi mulai menyingkap cahayanya
Dan engkau masih saja terlena
Dibuai tanya :
Siapa yang jadi pemenangnya?
Siapa yang jadi pecundang?
Siapa menunggang siapa?

Aku bosan bercinta
Bila ribuan racau, ribuan pinta, ribuan igau
Terdengar jelas di bilik kamar
Napsukah ?, Napsukah ?, Napsukah belaka ?

Pagi ini angin berhembus,
Bunga terkuncup
Tak lagi kudapatkan harum tubuhmu

Seharusnya,
Kita tak perlu cari pemenang
cinta bukanlah arena pertandingan

Selasa, 27 Oktober 2009

Tanah Gersang

Ada yang melanda
Ketika tanah yang dahaga rindukan hujan

“Wahai langit akankah kau curahkan karuniamu?”
ratapnya tak henti-henti

Di suatu malam, tatkala tanah terlelap
Terangkatlah segala ratap di retakan tubuhnya yang merindu
“Kun fayakun !”, lalu tercipta awan yang menyimpan hujan

Begitulah ku ceritakan padamu suatu kisah kerinduan
Lalu pada tanah yang tandus itu tumbuhlah sekuntum mawar
Ibu dari segala bunga
Yang tercipta dari segala harap.

Senin, 26 Oktober 2009

Dimana Lagi Kan Ku Temukan

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu
mekar ditengah malam, ketika semua bunga terpejam
Engkaulah Wijaya Kesuma, yang menyisakan harum dipagiku

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu
lahir ditengah kubangan hitam
Putih, bersih ketika yang lain bernoda
Engkaulah Teratai yang mengapung di sebuah kolam

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu
berpijar dikegelapan
Ketika semua mata buta, ketika jiwa-jiwa rana
Engkaulah seberkas pelita yang lebih guna daripada lautan cahaya

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu ?
Tak ada.

Sabtu, 17 Oktober 2009

Keris yang Hilang

KERIS YANG HILANG
Cerpen oleh : MK Dilaga

Keris itu selalu menghiasi rumah kami, entah sudah sejak kapan keris itu disana, tergantung ditembok ruang tamu dan merupakan warisan dari nenek moyang kami.

Kadang aku selalu membayangkan bahwa keris tersebut dulu telah atau mungkin sering menenggak darah, itulah sebenarnya yang akan membuat sebuah pusaka terasa memiliki aura kemagisan, semakin ia digunakan semakin hidup pula kekuatannya. Bukankah keris memang difungsikan untuk itu, sebagai senjata tikam atau tusuk dan tak mungkin digunakan untuk mengiris bawang atau mengupas kulit apel. Tapi selama dirumah kami keris itu selalu menggantung di tembok seolah menjadi bagian dari hari-hari kami, seolah sedang mengawasi keseharian kami.

Keluargaku adalah termasuk keluarga yang taat beragama, tapi entah untuk soal-soal mistikpun seolah cukup melekat, mungkin itulah kami sebagai orang jawa, yang selalu menjunjung kejawaannya, sehingga menjadikan ajaran agama dan mistik adalah seolah berdampingan.

Pada hari ini, keluarga kami dikejutkan oleh hilangnya keris yang selama ini menemani keluarga kami. Seribu pertanyaan seolah menyeruak didalam hati kami sekeluarga.

“ Mungkin karena kita tak lagi menjamasnya hingga kyai tak betah dirumah kita makanya dia pergi. Kalau ada yang mengambilnya itu tak mungkin, tentu kyai akan datang dan memberitahukannya. ” Kata bapakku.

Kyai adalah sebutan untuk keris jawa. Seperti manusia ternyata kerispun mempunyai nama atau julukan seperti Kyai Brojol, Kyai Bandaspati, Kyai Panembahan Senopati dan lain sebagainya sesuai dengan fungsi dan khodam yang menempati keris tersebut. Entah dari mana istilah khodam ini mulai dipakai yang aku tahu khodam berasal dari bahasa arab yang artinya pembantu, pendamping atau bahasa kerennya kacung. Tapi ternyata di Jawa ini khodam atau jin khodam ternyata lebih di anggap tuan dari pada pembantu, bahkan ada yang menganggapnya sebagai Tuhan. Ah, sesuatu yang sudah diluar nalar.

Sehari sebelumnya sebelum kejadian itu, kulihat ada pedagang ubi di depan rumah. Pedagang ubi di daerah kami itu biasanya menjual ubinya dengan cara ditukarkan atau dibarter dengan besi ataupun barang-barang plastik yang bisa didaur ulang.

Akupun berinisiatif untuk menukarkan keris itu dengan ubi tersebut Setelah melalui penawaran yang cukup singkat, Keris itu hanya bisa ditukarkan dengan satu kilo ubi.

“Ternyata Tuhan hanya seharga sekilo ubi.” gumamku sebelum kami sekeluarga menyantap ubi goreng tadi malam di temani sepoci kopi hangat.

Senin, 05 Oktober 2009

Rembulan dan Serigala

Engkaulah Rembulan
yang menyelinap dibalik kamar
lalu mengecup keningku dengan romantika duka
rajah api semerah saga
yang membakar jiwa dengan asma

Wahai Engkau yang menjelma igau,
yang mencipta ingat
yang mencuri cahaya malam
lalu menyisakan padaku sebuah cerita

Sisakanlah sedikit harap pada deritaku
segurat senyum dalam sedihku
Sekeping kenangan dalam ingatku

Lalu dalam tiadamu
akan kupanggil-panggil namamu
dengan sejuta harap, sejuta mimpi
agar rindu ini kelak terpenuhi

Serigala hina ini tak akan pernah berhenti melolong
Hingga Rembulan jatuh di pangkuan

Minggu, 04 Oktober 2009

Rahasia Sebilah Pisau

RAHASIA SEBILAH PISAU
Oleh : MK Dilaga

- Cerpen ini aku persembahkan untuk Via -


Sebilah pisau seolah berkata padaku : “miliki aku !!!”
Matanya berkilat – kilat memancarkan sebuah pengharapan agar aku membawanya,
tapi adakah mata pisau itu tidak bohong ?

Kegemaranku pada pisau sudah mulai ku rasakan sejak usiaku remaja. Saat itu aku sangat tergila-gila pada pisau komando, pisau para tentara. Saat itu aku tak mempunyai banyak keberanian untuk menjadi tentara karenanya pisau yang sangat ku idam-idamkan itu tak pernah ku miliki.

Lalu akupun mulai berpetualang untuk mengkoleksi berbagai macam pisau, mulai dari pisau dapur, golok, keris hingga samurai. Tapi sepertinya semuanya belum bisa juga memuaskan keinginan hatiku. Pisau komando yang saat itu aku inginkanpun perlahan-lahan mulai menghilang dari ingatanku.

Malam itu aku berjalan-jalan ke sebuah tempat pande besi, disana aku melihat sebilah pisau yang sangat bagus. Gagangnya terbuat dari emas dan bilah pisaunya mengeluarkan sinar seolah ingin menonjolkan bahwa : “Akulah pisau terbaik, pisau yang selama ini kau cari.”

Aku teringat pesan guruku, beliau adalah orang yang sudah malang melintang di dunia perpisauan, dan keahliannya sudah tidak di ragukan lagi.

“ Anakku, pisau yang terbaik adalah pisau yang telah menyimpan duka, pisau yang telah dibakar oleh api yang terpanas, pisau yang ditempa oleh ribuan pukulan, pisau yang penuh kepasrahan hidup, semuanya itu akan menghasilkan sebilah pisau yang halus bukan hanya dari luar tapi juga dari dalam.”

“ Engkau akan mengenali pisau ini ketika matamu bertemu dengan matanya, matamu tak akan jemu untuk memandangnya, Kau akan mendapatkan suatu perasaan teduh seolah kau merasa berlindung di pohon yang rindang, kau akan merasa lapang seolah kau berada di sebuah padang hijau yang terbentang dan kau akan merasa tenang seolah kau berada didasar lautan.”

“Tapi ingatlah anakku, pisau adalah pisau. Ketika kau memutuskan untuk memilikinya kau harus mengetahui untuk apa pisau itu kau miliki. Itu semua tergantung padamu, akan kamu gunakan pisau itu. apakah untuk memotong sayur, membelah kelapa atau mungkin untuk memenggal leher, semua kembali padamu.”

“Satu lagi yang harus kau ingat Anakku, semakin tajam suatu pisau semakin berbahaya ia. Maka kau harus siap-siap boleh jadi sebelum kau berhasil memegangnya ia telah melukai lebih dulu tubuhmu dengan ketajamannya. Maka waspada dan perjuangkanlah untuk memilikinya”

Begitulah pesan dari guruku, pesan yang selalu aku ingat.

Jumat, 25 September 2009

Laut & Langit

ku lukis biru pada laut
warna yang belum sempat ku gores
pada langit yang menyimpan awan

Senin, 27 Juli 2009

Siapa Aku?

Terbaring malam berselubung kerahasiaan
Dan didadanya yang rawan menggeletar kerisauan

Dinding tebal membentang dilengkung hiasan hitam
Diatas peraduaan, mata bunga-bunga terpejam

Aku di sini, terbaring di atas peraduanku
Bentangan kain putih melingkung di kanan kiri

Aku mayat, dalam makam tak bernisan
Badan terbungkus balutan kain kafan

Di malam sunyi ini, kulihat jasadku
Tidur dibuai duka nestapa

Di leherku masih ada luka yang menganga
Dijerat ingatan menjelang kematian
Aku harus kembali !

Tapi…. ada dinding antara tidur dan sadarku
Antara ruh dan ragaku, dipisahkan oleh waktu

Aku terbentur dan tak sanggup lagi kembali
Tapi aku harus kembali !

Pernah suatu ketika ;
Malam bertanya siapa aku?
Akulah rahasianya – yang cemas, hitam
Akulah kebisuannnya yang penuh pemberontakan
Lalu dalam malam, tinggal aku disini, diam

Waktu bertanya siapa aku?
Aku ruhnya yang heran, ditinggal zaman
Aku nafasnya yang tersengal
Lalu dalam pemberhentian, kucoba lari melampaui zaman

Engkau bertanya siapa aku?
Aku adalah kebingungan, menatap bayangan kelam
Terselubung kabut hitam
Dan ketika hendak kau genggam, aku hanyalah masa silam
Yang ingin selalu kau kenang.

Casuarina

Kenang aku diantara bintang-bintang
dan berdoalah untukku
barangkali akan datang padaku damai sejahtera

Karena hanya jiwa yang tenang yang mampu menjadi pelita
terbang mengangkasa laksana merpati suci
kembali ke tempat dimana ia bermula

Maka janganlah kau lenyapkan aku
menjadi hiasan, dalam air matamu
yang melimpah raya

Karena mulai malam ini
Aku akan hadir menemani mimpimu

Dan ketika kau buka jendela, di sudut malammu
kan kau dapati secercah kejora
yang bersinar di puncak pohon cemara

Dan bagi mereka yang mendamba cintaku
Aku akan tetap hadir, hidup, bersinar
Dan terlahir sebagai cahaya

Cahaya, di puncak pohon Casuarina

Kamis, 16 Juli 2009

Mentari Sunyi

Ketika itu malam mulai menjelang dan akupun membenamkan cahayaku hingga hilang warnanya, disana, ditempat yang tersembunyi aku menyendiri diantara ribuan bintang, diantara cahaya rembulan, aku adalah satu-satunya bintang yang padam.

Tak lagi ada yang peduli padaku, pada kehadiranku dan seolah mereka tidak pernah menganggap aku ada, padahal baru saja telah kubagi kebahagiaan bersama mereka di dunia ini tapi begitu cepat pula mereka lupa padaku.

Aku adalah mentari, mentari yang sepi. Tak akan kubagi malam ini bersamamu walaupun kau tawarkan padaku keriangan. Aku ingin sendiri sebagai sunyi.

Kamis, 18 Juni 2009

Taman Kanak-Kanak

Di taman ini
kami menjelma bunga
berlarian kesana-kemari
tertawa membuat warna

Di taman ini
bunga-bunga riang
belajar giat hati
supaya kuncupnya terkembang

Di taman ini
kami di siram setiap hari
air pengetahuan
lebih sejuk dari embun pagi

Di taman ini
kami temukan pada guru-guru kami
hakekat sebuah pendidikan
dan arti kasih sayang.

Di taman ini
taman yang terindah di hidup kami
taman kanak-kanak kami

Kamis, 04 Juni 2009

Pohon Mata

biji mataku terjatuh
tergelincir pada sebuah ladang

ku ingin biji mata ini tertimbun disana
dan tersiram sejuknya musim hujan
dengan harapan, tumbuh pada ladang
sebuah pohon mata

Tapi itu tak kan terjadi
karena pohon mata mungkin kan di anggap gulma
dan ladang ini khusus pohon-pohon apel
milik seorang petani

terpaksa kupungut kembali biji mata
dan menaruhnya lagi dikepala

tapi, sejak saat itu
mataku tak bisa melihat sempurna
seolah mata air terpancar
di kedua belah mata

akupun mulai diliputi rasa cemas
biji mataku terasa mulai bertunas
hingga aku tak lagi melihat dunia
gelap mata - buta

sebab, biji mataku
tumbuh bukan ditempat semestinya

Minggu, 24 Mei 2009

Deklarasi Bantar Gebang

pada mega-mega yang mengangkasa, kami titip harapan
akan tangis dan derita kami sebagai sampah-sampah di Bantar Gebang
ubahlah kami menjadi pupukan kesuburan !

disana, di atas gedung-gedung bertingkat
mereka yang membawa tongkat, seolah seorang nabi yang hebat
bila bertemu dijalan dengan kami, merasa jijik dan berjingkat
karena takut celananya yang mahal itu kotor terciprat

lalu kau datang dan hinggap dihati kami
di hati sampah-sampah yang beraroma basi
yang bau dan kotor ini

kau yang menjelma sayap…
malaikatkah dirimu
atau seekor lalat yang hinggap, hisap, lalu pergi
meninggalkan basa yang basi

Jumat, 22 Mei 2009

Kamar Di Sebelah Kamarku

Kamar itu, kamar yang bersebelahan dengan kamarku
Kamar yang penuh dengan impian didalamnya
Telah menjelma kamu
Berdiri menggoda dengan pintunya yang terbuka
Dan seolah berkata : “mendekatlah dan masuklah ke dalam peraduanku.”

Aku lelaki pemalu, bersembunyi dibalik pintu
Berharap mimpi-mimpi di dalam kamar beterbangan keluar, hendak ku tangkap
Tapi mimpi-mimpi di dalam kamarmu seolah sudah terlelap
Sedangkan si pemilik mimpi masih saja terjaga di peraduannya

Lalu akupun bergegas masuk kembali ke kamarku
Hingga aku menjelma menjadi kamar, serupa kamu
Kamar dengan dinding-dinding yang tetap bisu

kamar disebelah kamarku kembali berkata-kata seolah lirih memanggil
kamar ku pun menjawab panggilan dengan kata-kata pula
Hingga dua kamar riuh bersahutan
dalam bahasa yang tak bisa dimengerti
Bahasa para kamar

Selasa, 19 Mei 2009

Tawanan Perang

Aku telah menghirup dalam gelasmu
Secawan Anggur dan gairah
Lalu jiwa ku tenggelam di lautan asmara
Lautan yang begitu menyesak dada

Kemabukan adalah ibarat belenggu
Yang mengikat segala kenyataan
Sedangkan daya hayal, tetap mengembara

Senyummu telah menjadikanku tawanan perang
Dan engkau ambil segala harta rampasan
Lalu apakah lagi yang aku miliki
Bila hatikupun telah tertawan

Qolb, Ruh, An-Nafs & Aql

pada setiap semesta menggantung sebuah saklar
menyimpan milyaran volt aliran listrik
menyebar getar lewat kabel-kabel
hingga lampu-lumpu menyala menjelma gemintang
menerangi semesta raya

alangkah congkak semesta yang beredar
tapi tiada peduli keberadaan pencipta
menganggap nyala abadi
dan berkata : “aku ada dengan sendirinya”

padahal bila Tuhan menghendaki
maka cukuplah dengan satu petikan nada
semesta tentu binasa

Senin, 18 Mei 2009

Teruntuk Sepasang Mata Tak di Kenal

Kebetulan kita bertemu sebagai dua orang asing yang bertemu
Kekaguman ku pun berjalan juga di jalan itu
Pada mata yang tak pernah berkata

Namun dimata mu lah
Dalam lindup bayangnya
Kan terselubung ribuan tanya : “siapakah aku?”

Tanyakanlah kepada penjuru negeri tentang aku
Tak akan ada jawabnya
Lalu tanyalah pada matamu
Dengan bola matanya yang berbinar
Maka akan tergambar dipelupuk hatimu
Wajahku

Kekagumanku adalah duka
Dan engkaulah duka itu
Telanjang, tak berselubung
Kesedihan dan kebisuan
Mengungkung penyair yang bergulat habis-habisan
Karena puisi ialah orang asing di negeriku
Dibunuh ketidak berdayaan

Lusa…
Jika kita bertemu
Bila mataku memandang matamu
Yang anggun, hijau, tenggelam dalam kabut dan hujan
Jika kita bertemu di jalan
Maka akan ku cium jalan itu, ku cium dua kali.

Rabu, 13 Mei 2009

Gadis Penyiram Bunga

Gadis kecil sedang menyiram bunga
Tak sadar ia bila bunga itu semisal dia
Setiap kali ia menyiram bunga
Tubuhnya basah, matanya basah, hatipun basah

gadis itu selalu menyiram bunga
Entah sampai kapan tubuhnya kuyup

Ini bukan kesenangan,
menyiram bunga adalah seni
untuk tetap mengenang
masa lalu yang tak bersemi

lalu datanglah angin
hendak menebar benih
di kelopak matanya sepi

adakah angin datang menyingkirkan awan
ataukah angin hendak menggugurkan bunga
gadis kecil tak tahu

ia hanya merasakan
angin itu sepoi-sepoi

Sabtu, 09 Mei 2009

Cincin Kalimusodo Versus Jimat Kayu

Wahai engkau Mawar Biru
engkau bertanya pada kami tentang Jimat Kalimusodo
Cincin ini masih ada dijari manis kami
lihatlah masih mengikat erat
Cincin Kalimusodo adalah suatu lambang pernikahan dengan Tuhan
Muhammad sebagai saksi penyatuan

Tapi tahukah kau sahabatku
kesulitan apakah yang kami dapat setelah Ijab Kabul?
Adalah tentang kesetiaan
apakah kami akan tetap setia
ataukah akan datang suatu masa
dimana mata kami akan silau memandang wajah lain

Bilakah di suatu jaman cobaan itu datang kepada kami
maka sungguhlah kami takut akan terkena bujuk rayu
dari para sales yang pandai merayu
menawarkan Jimat dari dahan cemara
yang sebenarnya tidak bertuah
tapi karena bujukan yang memperdaya
banyak diantara kami yang melepaskan cincin kami
dan menggantinya dengan Jimat kayu

Tahukah engkau,
satu-satunya yang kami perlukan
untuk menangkal bujuk rayu mereka adalah kamu
karena durimu adalah racun bagi para sales itu
dan warnamu adalah bukti kesetiaan kami

Kamis, 23 April 2009

Ikan dan Kucing

ikan di dalam aquarium itu
tidak pernah tahu
bila ada seekor kucing
yang masih setia
menunggu

Minggu, 19 April 2009

Zebra Cross

ditempat penyeberangan ini
aku tak begitu peduli
mana yang lebih dulu dilukis
hitam ataukah putih

ditempat penyeberangan ini
aku ingin peduli
warna apa diseberang jalan nanti
hitam ataukah putih

ditempat penyeberangan ini
mesti hati-hati

Sabtu, 18 April 2009

Diatas Gerbong Kereta

di gerbong kereta
ku muatkan duka disana
mereka yang segerbong denganku
satu persatu telah menemukan stasiun pemberhentiannya

di stasiun manakah aku berhenti
menyandarkan diri
lalu beristirah didadanya yang hening

aku tak tahu, sampai kapan kereta ini akan melaju
selama kereta terus melaju; fikirku
tak akan beranjak dari bangku

sebab kini aku sudah terlalu gembira
sekedar melihat dan berhitung
betapa banyaknya
pohon-pohon kesedihan
terlewat diluar jendela

Kamis, 09 April 2009

Kerajaan Lebah Ratu

ku abdikan diriku padamu, Sang Ratu
Pemilik kecantikan sejati
kejelitaanpun telah menyerahkan tahtanya
bahkan bunga-bunga kecantikan tertunduk
karena takjub memandang indahmu
dan dengan sukarela menyerahkan sarinya

wahai Sang Ratu penghasil madu; rasa manis yang abadi
bagaimana aku bisa hidup tanpamu
sedangkan seluruh rakyat mendamba dirimu
menghambakan diri untukmu, mengharapkan belas kasihmu

maka ijinkan aku menyerahkan jiwaku
lalu mengembara di kerajaan cintamu
seperti bibir mengembara di atas bibir
dan bagaimana aku bisa berhenti mencium bibirmu
bila bibirmu adalah nafas kehidupanku

Rabu, 08 April 2009

Ruang Rahasia

adakah pada cinta suatu cela
tersembunyi, begitu pedihnya?

engkau mengira cinta kita sempurna
menetap di tubuhku yang asmara
dan menyangka
cinta mencapai puncaknya

tidak begitu, kasihku !
bahwa ada cela
tersembunyi begitu pedihnya
lalu terciptalah cerita dusta diantara kita
yang menyesakan dada, pedih nyeri
sementara dunia menganggap sebagai nyanyian abadi

kita adalah dua orang asing
hidup bersama

Selasa, 31 Maret 2009

Larung Sesajen

ku larungkan sesajen kepada samudra
berupa sajian duka
ku hayalkan, doa-doa dari umat manusia
tenggelam dan terhimpun di dasar samudra

ingin rasanya aku menyelam dan mengetahui
kemana perginya doa dan keluhan kami
karena tak mungkin doa-doa itu berubah menjadi buih
lalu menghilang di lautan mimpi
bila segala ratap dan tangis terpancar dari berjuta bibir
dari jaman ke jaman, dari mimpi ke mimpi

tentulah doa-doa itu terhimpun di suatu tempat di dasar samudra
atau mungkin juga, doa-doa itu masuk ke dalam kotak rahasia
disimpan oleh para malaikat penjaga
dan barangkali, sajak ini pun sudah tersimpan di kotak doa
menunggu dibaca oleh Sang Penguasa Samudra

Sabtu, 28 Maret 2009

Lukisan Seorang Puteri

lihatlah lukisan itu, kekasih
angkuh memandang dunia
semakin tua usianya semakin nampak keremajaannya
tak jemu-jemu para pengagum memandangnya
bahkan ketika sang pelukis berlalu,
puteri mimpinya, tak jua menua

lihatlah dirimu, kekasih
kulitmu sama halusnya dengan puteri dilukisan tua
tapi sekarang hampir datang masa tua
ku takut kecantikanmu kan sirna
Sebelum kecantikanmu menghilang
ku ukir kau di kanvas lukis
agar puteri mimpiku, tak jadi menua

Sabtu, 21 Maret 2009

Pengorbanan Sang Guru

biarkanlah aku menjadi kayu bakar
hingga api pengetahuan disulutkan
lalu terbakarlah aku karena ilmu
dan kalian yang sedang berada didalam kegelapan
akan mendapatkan seberkas cahaya dariku
lalu berjalanlah kalian dimalam hari menggapai janji-janji mimpi
berbahagialah kalian telah menemukan aku
sementara di batas pagi yang tersisa dariku hanyalah arang

biarkanlah aku menjadi cawan
hingga anggur dituangkan
lalu kalian datang berduyun-duyun menikmati kemabukan.
bukan pada cawan, tapi pada Pemberi anggur kalian berkepayang
karena setelah habis anggurku
aku hanyalah cawan tanpa minuman
sementara kalian akan kekal dalam kemabukan

aku adalah guru dan kalian muridnya
aku adalah bapak dan kalian anaknya
tiada yang aku berikan selain pengorbanan
maka makanlah tubuhku seperti sepotong roti
yang telah diberikan Isa kepada para muridnya
atau seperti anggur yang telah kalian minum
anggur adalah hati dan darahku
sisanya adalah tulang-belulang

tahukah kalian untuk apa tulang?
untuk memukul anjing yang membangkang

Minggu, 15 Maret 2009

Buku Sajak Kosong

sejak tercipta dinding-dinding bisu
dalam kebutaan aku mencari dinding-dinding lain
berupa perempuan untuk aku sekedar bersandar

ooo, entah sudah berapa dinding yang aku bersandar disana
sudah berapa pasang buah dada ku kecap nikmatnya
tapi, sedikitpun tiada kurasa

buah dada – buah dada yang ranum itu
hanya bisa tengadah mendengarkan aku bercerita
mereka mengangguk-angguk palsu
seolah mengejek aku yang telah ditinggal waktu

sementara itu, kesepian
masih saja menyeringai didalam keramaian
lalu siapa yang sebenarnya aku rindukan, dirimukah?

tidak, dinding-dinding itu akan aku hancurkan
menjadi puing-puing dari dinding-dinding purba kota tua
hingga darwisy yang lewat pun tak lagi peduli
lalu kuhancurkan sekali lagi menjadi debu-debu walau untuk itu aku pun ikut menjadi debu

kita seolah debu-debu yang beterbangan ditiup angin lalu diam di timpa hujan
hingga tak lagi ada seorang perawi pun yang mampu meneruskan cerita kita
tak lagi seorang pujangga pun yang menyairkan suara kita
dan tiada seorang ahli sejarah pun mampu menemukan manuskrip kisah kita

kisah kita hanyalah buku sajak yang di siram air mata,
tak lagi bisa disebut buku sajak, hanyalah sebuah buku kosong
karena sajak-sajaknya telah terhapus duka

Senin, 02 Maret 2009

Memuja Raga

kejelitaan dan kecantikan adalah hanya Dia yang punya
rupa, tiada pernah seorang raba
pabila Kekasih berkata dibalik dinding cipta
mereka yang bodoh mengira dindinglah yang berkata-kata
lalu dibuat upacara saji dupa dan mantra, memuja raga
Jatuh cinta pada dinding cipta, sia-sia

ya bunayya*, ini hanya cerita purba
tiada lekang oleh usia


_________
* Hai Anakku

Minggu, 01 Maret 2009

Usia Tua

musim berganti lagi dan usiaku semakin menua
terlahir anak-anak tiada terhitung jumlahnya dan mereka berupa;
Sebagian mengabdi, sebagian mendurhaka
tapi tetaplah hanya anak-anak manja
menggelantung di tubuhku yang makin renta
padahal sebentar lagi aku tutup usia

Hari Berkumpul

kuburkan aku dalam lahat persegi, kalau ku mati;
disana sama seluas dunia, tiada beda

jika jisim ku dimakan rayap
daging dan tulang kan melata bersama mereka, berkelana

jika jisim ku dimakan api
abu terbang terbawa angin, berkelana

jika jisim ku tenggelam di samudra
ikan-ikan akan memakan dan seluas samudra, berkelana

kamupun sama dengan ku
berkelana ke penjuru dunia

semisal burung-burung yang di tempatkan di tiap-tiap lembah
dan ketika sang pemilik meniup sangkakala hingga langit berwarna senja

burung-burung akan kembali secara terpaksa atau tidak
berkumpul di dalam satu kandang menyangka malam segera jelang

begitupun kita akan berkumpul setelah mati, suatu hari yang telah pasti
saling bercerita tentang lembah-lembah yang pernah di singgahi

Selasa, 24 Februari 2009

Rembulan dan Mentari

rembulan memeluk malam
bertabur gemintang

mentari memendam cinta
terbakar asmara

mereka sibuk mengejar waktu
sampai kapan begitu?

rembulan dan mentari
bertemu di alam mimpi

Senin, 23 Februari 2009

Jejak Kaki

Kita pernah mengukir jejak-jejak kaki diatas pasir
Dan jejak itu kini telah tersapu air pantai

Jangan kau bilang lagi aku lelaki nestapa
Karena aku tak lagi menggugu sepi

Ah, kau bilang siang tertawa padaku
Dan malam terkekeh melihat sedihku

Tidak begitu perempuan !
Malam dan siang kini bersenandung untukku
Karena langit tak lagi menyimpan duka.

Kisah kita memang telah selesai
Karena sang sutradara tak lagi memutar roda

Jejak-jejak kaki di puisi-puisiku
besok akan ku hapus namamu

lalu ku bisikkan padamu:
“aku tak pernah mengenalmu.”

Sabtu, 21 Februari 2009

Makrifat Kama-sutra

Di bawah cahayanya cahaya
Kau telanjangi aku selapis demi selapis
Lalu Kau tunggangi keadaanku
Seperti sang kusir yang menunggang dan mencambuk kuda betina
Hingga akupun mengerang dalam sejuta kenikmatan

Di puncak gunung asmara
Tak lagi nampak gelap atau terang
terlupa sudah rupa surga dan neraka
hilanglah segala wujud nyata
Mengiring persetubuhan antara aku dan Engkau

Asmara ini telah ada seiring tembang asmarandana,
seiring tarian-tarian para sufiyah , seiring kematian para syuhada
Lalu kama-Mu dan kama-ku menyatu di dalam Asma(ra)
di antara ada dan tiada, diantara harumnya bunga kamboja
di antara terkoyaknya tabir rahasia sang-dara*
yang tertinggal hanyalah kata:

“La Illaha Illa An(t)a”

____________
*) sang-diri

Jumat, 20 Februari 2009

Kunang-Kunang

Kunang-kunang dalam temaram
Lupa membawa cahaya malam

Dunia bagaikan sebuah obor bercahaya
Mengundang kunang-kunang mendekat padanya

Kunang-kunang serakah
Terbakar menjadi arang

Rabu, 18 Februari 2009

Suluk Walangsungsang

Masuk salah satu kesejarahan sastra jawa di perkuliahan Sejarah Sastra Jawa di Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang

Duplikat Karya :

sejarah sastra jawa

sisableng

adbmcadangan


Suluk ini dihadiahkan untuk mengenang perjalanan Pangeran Walangsungsang putera Prabu Siliwangi yang kemudian bergelar Mbah Kuwu Cirebon Girang

SULUK WALANG SUNGSANG
oleh : MK Dilaga

1
Segala tuju asalnya dari Impian
Begitupula aku impikan Jeng Muhammad
Mengajarkan sempurnanya sahadat
Dan sungguh aku terbuai dalam impian
Ketika terbangun Islam hanyalah berupa mutiara didasar laut
Maka aku pun terhanyut dalam lamunan kerinduan


2
Tak pernah selain Muhammad,
Nurnya cahaya semesta
Ku kira Betara
Atau ini hanya fata-morgana.

Gusti yang widi
Penguasa Muhammad yang diridhoi
Kalaulah Islam hakiki
Jadikanlah aku abdi.

Kemana harus kucari kebenaran sejati?


3
Akupun tanggalkan pakaian kebesaran,
Hingga telanjanglah aku dari segala kemewahan
Tapi sungguh itu belumlah cukup untuk menemukan
Karena aku harus mencari lautan yang menyimpan kekayaan
Dimanakah letak lautan hakiki?

akupun berjalan mencari guru sejati
Yang menunjukan lautan dan mengajar menyelami diri


4
Bayang-banyang cadar kemolekan
Membawa diri tertuju jalan kerinduan
Rindu adalah asal dari cinta
Maka inilah asmara

Kepergian moga laksana isra
Dari satu sungai menuju samudra
Atau dari pulau ke benua
Tekad adalah baja

Bila hanya diam membisu
Lalu hidup tak ada tuju
Maka semua kan berlalu
beku tetap sembilu

Biar ku tinggalkan istana...


5
Sampailah aku di gunung maarapi
Tempat Resi Danuarsih
Berujarlah sang Resi:
“Anakku,
Islam itu ada tapi tiada
Ada karena mimpimu adalah ilham dari-Nya
Tiada karena kau harus menemukan adanya”

“Anakku,
Diamlah di gunung maarapi
Dan makanlah buah-buahan untuk menguatkan
Dan ku serahkan padamu ladang untuk bercocok tanam
Cangkul, tanam dan pergauli dengan sempurna”


6
Di gunung Marapi terhenti kaki
Memusatkan ruh indrawi pada satu Dzati
Terdiam membisu dalam hening malam
Menyatu pikiran dalam bayangan wajah Tuhan

Kemewahan dunia akan Morgana
bila kita melihat Djalal-Nya
Hanya satu Dzat yang hakiki
saat cinta-Nya menyapa diri

Naps ini moga bukan api
Pabila api ambilah hanya pelita
pelita akan tetap membara
Inilah yang dimaksud Mutmainah

Gunung Marapi
Menjadi paku bumi
Dan aku terpaku
Di dalam samadi

Diamnya naps adalah Ibadah
Semoga dapat Iradah


7
Aku berujar kepada Sang Resi:
Bapak Resi, kini telah bertambah kekuatanku
Telah kau berikan pusaka sebagai pendamping di perjalanan
Maka hamba mohon diri untuk mencari


8
Sampailah aku digunung (se)jati
Sumber dari kayu Jati
Lalu ku daki inci demi inci
Terjatuh, terbangun, terjatuh, terbangun
karena tekad sampailah dipuncak gunung
Lalu terlihat sebuah gua dipuncaknya
Dan ku dapatkan seberkas cahaya disana


9
Berkatalah cahaya:
“Aku adalah Nur Jati
Aku adalah guru sejati,
Siapa yang mengenal aku maka lapang jalannya
Engkau telah datang ketempat yang benar
Marilah akan ku tunjukan jalan menuju Islam

Untuk dapat menjadi Islam
Harus mengetahui siapa Tuhan dan siapa Muhammad

La Illaha Illallah, Muhammadur Rasullullah
Pertama mengenai Tuhanmu Allah yang menciptakan jagat raya serta isinya
Kedua mengenai Muhammad sebagai utusan yang menjadi panutan
Dan keduanya telah setunggal dalam rasa

Nur Muhammad hakekatnya adalah cahaya semesta;
Karena mulanya semesta itu gelap, lalu diciptalah cahaya

Begitupula Nabi Muhammad, ia adalah cahayanya semesta
Karena kedatangannya jaman kegelapan berganti benderang

Dirimupun demikian,
kalau kau sudah dapat menemukan Muhammad dalam dirimu,
maka akan nampaklah Nurbuatmu
dan engkau akan menjadi Insan Kamil,
sempurna karena engkau telah menemukan Muhammad,
Siapa yang mengenal Muhammad maka mengenal Tuhannya.
Kamu dan Tuhan telah setunggal dalam rasa.

Mengenai mutiara yang kau cari,
Hendaklah kau selami kedalam lautan hati

Jumat, 13 Februari 2009

Canda Sufi : Surah Mahabbatain

Kasihku…
Sudah ribuan surat Engkau layangkan
Telah ribuan nabi yang terutuskan
Bahkan telah jutaan kali pula aku berganti rupa dalam setiap kelahiran
Tapi tak sekalipun ‘ku dapat memandang ayu paras-Mu
Di setiap surat-Mu Engkau selalu berfirman:
“Aku adalah dekat, dan selama kau mencintai-Ku, Aku ada dihatimu.”

Kasihku…
Aku tak mau lagi membaca surat-Mu
Aku hanya mau Kamu, bukan surat-Mu
Biar kututup saja kitab suci
Dan kutaruh di laci lemari.
Tapi, tunggu dulu…!
Biarkan ku buka lagi surat-surat-Mu,
rasanya ada alamat rumah-Mu disana

Selasa, 10 Februari 2009

Sedulur Papat Lima Pancer

:KONSEPSI GUNUNGAN

Macan, banteng, kera, dan merak
adalah saudara yang empat
Yang mengajakmu ke empat arah;
utara, selatan, timur dan barat
Sekali-kali tak akan engkau sampai ke tujuan
Sebelum engkau menguasai saudara yang empat
Mereka adalah dirimu dan kamu adalah mereka
Maka turutlah !

Ada orang yang mengatakan;
Akan ku bunuh nafsu, dan pergi ke dalam fana
Sekali-kali tiada akan kau sanggup membunuh saudaramu
Karena berarti engkau telah membunuh dirimu sendiri.
Sungguh fana bukanlah tanpa warna,
Tapi dirimu tenggelam dalam telaga warna
Itulah hakekatnya berjumpa

Macan didalam dirimu akan mengajakmu dalam amarah
Karena memang begitulah sifatnya

Bantengmu akan condong pada keindahan, dan berhati-hatilah
Tidak semua yang indah itu sejuk

Kera akan mengajakmu untuk rakus, sombong, serta malas
maka kendalikanlah keliarannya

Dan merakmu akan mengajakmu kepada kebaikan.
Tetapi janganlah melampaui karena engkau akan rugi.

wahai engkau pancer (diri sejati),
Engkau adalah nur ‘aini dari ke empat saudaramu
Walau mereka berbeda sifat, tapi dirimu adalah pemegang
Maka jangan biarkan mereka mengendalikanmu,
Tapi engkaulah yang mengendalikan mereka
Setelah itu mari beranjak menuju puncak !

Bukan hanya merak yang akan menuju ke puncak,
Tapi macan, banteng dan kera pun akan turut
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke dalam Tuhanmu
Dengan ridho dan di ridhoi

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun

Senin, 09 Februari 2009

Isa, Turunlah dari Salib !

Isa harus lepas dari salib waktu yang mengikat,
Paku-paku di tangan telah terlalu berkarat
Dan kayu yang menopang telah keropos dimakan rayap,

Salib pun kini lebih mirip tulang manula yang
dimakan osteoporosis,
Rapuh dan menipis

Turunlah, yang ada di atas salib !
bukan zamannya untuk kalah oleh nasib
berontak, lepaslah dalam Tubuh
Salib yang membelenggu

Biarkan mereka berdupa salib yang bohong
Berpuja pada angka kosong
Dan pengakuan mereka hanyalah omong
Pendeta-pendeta yang ompong

Wahai engkau Mesias, Juru selamat,
Turunlah untuk menggembala umat
Karena domba-dombamu telah tersesat
Dipelihara oleh Ad-Dajjal laknat.

Berpijaklah kembali di bumi pertiwi
Untuk kedua kali !

Rabu, 04 Februari 2009

Lumbung Padi

Aku yang sejati berada di alam kelaparan
Dan lumbungku berada dalam sentosa

bila tikus-tikus memakan padi dengan loba,
sekam tersaji sebagai sisa

Akankah ku biarkan kemiskinan melanda ruhani ?
Haruslah ku curi sebagian didalam lumbung padi

Supaya sama rata yang ada; di lumbung dan di aku
Barulah seimbang timbangan diri.

Senin, 02 Februari 2009

LELAKI DI SUDUT KOTA LAMA

: Perempuan di simpang jalan

Sebuah nama di sudut kota lama itulah aku
Yang bersembunyi dalam ketiakmu, perempuan.

Dan kulit kita makin menipis, teriris
Dalam sepimu sepiku aku menangis

Akankah tawa tergelak diantara kita
Sedangkan kisah kita telah berakhir di persimpang jalan

Dan aku hanya terdiam dalam lebam
kita telah berserakan.


Jakarta, 2 Feb 2009

Minggu, 01 Februari 2009

Mantra (Sajak Sesat) : Pengasihan Si Burung Pemikat

/1/

Asihan aing si manuk pikatan
Mikat sagala rasa tresna manusa
Sora aing sora seruling
Bulu aing warisan ti sutra

Geura euntreup dina hateup
Sabab didieu anjeun netep tur neuteup
Geura asup kana kandang
Sabab di dinya anjeun tandang tur ngandang

Nya aing manuk pikatan
Ngajebak manusa kana napsu setan
Nya aing manuk pikatan
Ngajak manusa kana kamaksiatan

Nya aing si manuk pikatan
Hayu urang mohokeun pangeran !!!


/2/

Pengasihanku si burung pemikat
Mengikat semua rasa cinta
Suaraku suara seruling
bulu warisan dari sutera

Marilah hinggap dalam atap
Sebab disini kamu menetap dan melihat
Silakan masuk ke dalam kandang
Sebab di sana kamu datang dan mengandang

Inilah aku burung pemikat
Menjebak kedalam napsu syetan
Inilah aku burung pemikat
Mengajak kedalam kemaksiatan.

Inilah aku si burung pemikat
Mari kita lupakan Tuhan !!!

Sabtu, 31 Januari 2009

Mengenang Hadirmu

/I/ Kebersamaan

Aku bertemu denganmu di malam hari, ketika kita sama-sama kehabisan api, lalu dalam gelap kau menjelma menjadi api kecil, kuminta apimu dan kaupun setuju membagi api denganku akhirnya kitapun sama-sama terbakar dalam terang padahal sebelumnya hanyalah ada gelap.

Kita telah bermandikan suka lalu ada duka, lalu suka, lalu duka, lalu suka dan lalu… engkaupun memilih untuk kembali ke dalam kesendirian kedalam hutan belantara yang kau bilang ingin menangkap elang, padahal elang yang pernah menukik dan mendarat dihatimu tak mungkin untuk kembali hinggap, karena sayapnya telah terbentang di angkasa dan keangkuhan tak akan mengembalikan ia padamu, dan aku biarkan kau kembali dalam kesunyian, dan apakah sekarang sudah kau temukan elang? Tidak, tentu kau tidak akan pernah menemukannya lagi.

Dan akupun sama denganmu kembali kedalam gelap malam, karena aku adalah kamu dan kamupun tentulah aku. maka kita kembali dalam kebersamaan, sama-sama kesepian.


/2/ Kita Harus Hentikan

dulu, kita berdiri diseberang sungai
aku disini engkau disana
saling melempar kalbu, berpadu menjadi rindu
lalu rindu terhanyut dan kita tenggelam

kini, kita berdiri diseberang sungai
aku disini engkau disana
saling melempar diam, berpadu menjadi muram
lalu muram terhanyut dan kita tenggelam

kita harus hentikan !


/3/ Mati !

Ku ungkap lewat sajak (Apsas, 31 Jan 09),
sebilah pisau yang mengoyak
tikamkan kedasar hatimu, hatiku.
dan hati kita telah teriris sembilu

Lalu diam-diam kaupun menghilang
diam... semakin diam...
sepi...
Mati !

Akupun ikut menghilang
diam..semakin diam..
sepi..
Mati !

Lalu siapa yang akan melanjutkan puisi ?


Jakarta (Batas kenangan), 31 Januari 2009

Rabu, 28 Januari 2009

Sapu Lidi

Pohon nyiur bersimpang siur melambai-lambai seperti banci
mereka pergi dibawa oleh penjual-penjual ke pasar tradisi
di jual dengan harga yang murah itu hati nurani.

Satu waktu ku kumpulkan janur-janur
Teranyam berupa ketupat dan ku masukkan biji-biji semangat
Akhirnya, tersemat.

Lidi-lidi yang berderai sepanjang bentangan
Ku satukan dan terikat menjadi sapu lidi kesepakatan
Jalanan telah bersih dan debu-debu telah beterbangan melarikan diri dengan kibaran bendera kekalahan.

Maka ku ingatkan padamu sapu lidi:
Tetaplah menjadi sapu dan jangan pernah lepas ikatan diri.
Agar aku tetap pertiwi.

Minggu, 25 Januari 2009

Bayang-bayang

Rembulan malam lahirkan bayang-bayang
seolah menjadi sebadan
pun tubuhku tanpa daging tanpa belulang
hanya ikuti kemana aku berjalan

Ku cobai menjelma bayang
bagaimana rupa asli hitam
Lalu ke cermin ku hadapkan
berharap bayangan tertangkapkan

Bayangan hadir serupa wajahmu
akupun kembali tersedu...

Rabu, 14 Januari 2009

Hujan Merah

Langit Merah,
Awan Merah,
Hujan Merah,
Tanah Merah ,
Banjir Merah.

Dimana payung ?
kemana pelampung ?
Kami tenggelam !!!

Minggu, 11 Januari 2009

Bahtera Nabi Noah

Mari arungi bahtera Noah, bahtera pemancang jiwa !!!
Bahtera yang telah mengikat hati dengan tali kasih
Benderanya berkain putih,
Layarnya mengembang serupa senyuman dibibir kekasih
Dan perahunya dari kayu (se)jati

Mari arungi bahtera Noah, bahtera pencari harap !!!
Jadikan Noah sebagai nahkoda
Sedang Kita adalah umat yang memelas tanah perdikan
Biarkanlah bumi berubah menjadi air membola
Tanah Harapan hakekatnya adalah surga

Mari arungi bahtera Noah, bahtera para pemimpi !!!
Menatap indahnya warna-warni semesta
Tertidur kita dalam buai langit malam
Dan ruh penumpang akan terbang
Memetik rembulan dan gemintang

Mari arungi bahtera Noah, bahtera iman sepasang merpati !!!

_____
Kumpulan Puisi An Naba (2)

Kamis, 08 Januari 2009

Kematian Si Pemabuk

Peminum Anggur terjerat dalam kemabukan
Ia terjatuh, terkapar, menangis dan tersenyum
Kadang hadir didunia kadang pula ruhnya mengangkasa
Telah dijalaninya hidup dengan meminum Arak yang paling kepayang

Hari itu aku melihatnya jatuh di jalan
Ku kukuhkan kedua kakinya agar berdiri
Dia berkata - biarkan sahaja aku jatuh, janganlah berdiri
Agar aku dapat menjerat sayap -

Kemarin aku melihatnya terkapar di sungai
Ku raih kedua tangannya hendak ku angkat ke tempat kering
Dia berkata - tetapkan aku di sungai, di sini terasa damai
Agar aku lupa daratan, karena didarat hati kan kering -

Aku melihat tubuhnya makin tenggelam
Ku lemparkan pelampung agar ia tetap mengapung
Lalu iapun menangis memandangku dengan iba
-Sahabat marilah kita menjadi para pemabuk yang tenggelam-

Iapun menghilang dalam kefanaan
Terbang dan terhanyut mengikuti arus sungai
Ku dengar tawanya berderai menghantar ajal
Hari inipun aku menangis karena ‘ku masih tertinggal

Rabu, 07 Januari 2009

TAUBAH penghasil JUBAH

Terjatuh daun ara penutup dosa
Menetes airmata dari mata air serupa sesal dan lara
Hingga telah dikembalikan padanya kain sutera
Sungguh, taqwa adalah Jubah utama

Dan telah di sujudkan bumi seperti para malaikat
Yang mana telah dicerai bumi dan langit, Tuhan sebagai (peng)hulunya
Dan telah berpisah pula gelap dengan terang
Agar dapat diraba detak-detak masa hingga tergenaplah dari An-Naba

Telah terpikul berton-ton dipundak Adam (Lelaki)
Sebagai batu pelontar kesadaran
Dan Hawa (Wanita) telah di cambuk dengan rasa sakitnya (Melahirkan)
Agar terdzikir ia akan laku lalu
Sungguh, kasih sayang adalah Jubah kedua

Itulah Pakaian untuk Insan, sebagai balasan airmata penyesalan

Senin, 05 Januari 2009

Penciptaan Adam *1a)

Terciptalah dari tembikar yang tersentuh kata
Menggeliat bak perawan dalam orgasme pertama
Liar tangan-tangannya mencakar cangkang telur yang membungkus badan
Hingga luluh bungkus diri, mengelupaslah kulit ari yang termakan usia
Itulah kuceritakan ihwal menetasnya manusia pertama

Bercicit awalnya seperti anak ayam yang kehilangan inang, tiada kata hanya suara.
Mungkin juga seperti rengekan seorang bayi yang mengharap tete bunda
Tapi siapa asalnya diapun tak sanggup mencerna,
Tapi mulai yakinlah ia yang dilihat mula itulah asalnya
Dan dari perut Tuhanlah ia kini berada

Surga Firdaus adalah Ar-Rahiim
Tempat penggodogan pengetahuan akan dunia
Di mana ia tinggal didalam rahim dalam waktu yang telah ditentukan
Itulah yang telah tertulis di Lauhful Mahfudz yang tertulis dari tinta terharum
Yang kata-katanya melebihi syair manikam yang bersinar dalam malam

Lalu TUHAN mengajarkan aksara hingga tersusunlah kata-kata
Itulah mulanya pazzle-pazzle tersusun menjadi ba(ha)sa
Lalu keindahan katapun tercerai berai dengan pohon ujian
Yang pabila didekati maka terbukalah buah-buah kata kotor dari pohon larangan
Dan tatkala terenggut kesucian pohon ujian maka terbukalah aurat dari basa

Sesungguhnya belumlah Adam bertelanjang sebelum Hawa menggelinjang
Dan dalam buah kenikmatan mereka telah lupa dimana surga bertahta
Maka terjerembablah dalam vagina
Yang merupakan lubang awal mula
Terjatuh dalam lubang hina.

*) An-Naba :1-a