/I/ Kebersamaan
Aku bertemu denganmu di malam hari, ketika kita sama-sama kehabisan api, lalu dalam gelap kau menjelma menjadi api kecil, kuminta apimu dan kaupun setuju membagi api denganku akhirnya kitapun sama-sama terbakar dalam terang padahal sebelumnya hanyalah ada gelap.
Kita telah bermandikan suka lalu ada duka, lalu suka, lalu duka, lalu suka dan lalu… engkaupun memilih untuk kembali ke dalam kesendirian kedalam hutan belantara yang kau bilang ingin menangkap elang, padahal elang yang pernah menukik dan mendarat dihatimu tak mungkin untuk kembali hinggap, karena sayapnya telah terbentang di angkasa dan keangkuhan tak akan mengembalikan ia padamu, dan aku biarkan kau kembali dalam kesunyian, dan apakah sekarang sudah kau temukan elang? Tidak, tentu kau tidak akan pernah menemukannya lagi.
Dan akupun sama denganmu kembali kedalam gelap malam, karena aku adalah kamu dan kamupun tentulah aku. maka kita kembali dalam kebersamaan, sama-sama kesepian.
/2/ Kita Harus Hentikan
dulu, kita berdiri diseberang sungai
aku disini engkau disana
saling melempar kalbu, berpadu menjadi rindu
lalu rindu terhanyut dan kita tenggelam
kini, kita berdiri diseberang sungai
aku disini engkau disana
saling melempar diam, berpadu menjadi muram
lalu muram terhanyut dan kita tenggelam
kita harus hentikan !
/3/ Mati !
Ku ungkap lewat sajak (Apsas, 31 Jan 09),
sebilah pisau yang mengoyak
tikamkan kedasar hatimu, hatiku.
dan hati kita telah teriris sembilu
Lalu diam-diam kaupun menghilang
diam... semakin diam...
sepi...
Mati !
Akupun ikut menghilang
diam..semakin diam..
sepi..
Mati !
Lalu siapa yang akan melanjutkan puisi ?
Jakarta (Batas kenangan), 31 Januari 2009
Si Latung Mencari Sayap
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar