Jumat, 10 Oktober 2008

Kasmaran

Tanpa ku duga Ia datang menemuiku,
“Dewi, siapa namamu ? “ tanyaku
tapi ia hanya tersenyum,
dan saat ku lihat bibir tipisnya merekah
yang kurasa adalah bahagia.

Dewi, mengapa engkau menemuiku ? tanyaku lagi
Aku adalah rasa,
aku datang membawakanmu Lentera yang pernah kau titipkan padaku
dan saat ini lentera kembali menyala,
Lihatlah dan terimalah…

Aku teringat bahwa aku pernah berjumpa
Aku pernah menitipkan Lentera hatiku yang padam
Dan saat ini Lenteraku telah kembali menyala.
Akupun tersenyum bahagia
memandang wajah ayu pembawa lentera

Ku lihat dikedua tangannya yang halus
Terdapat dua lentera
Tanpa kusadari aku meraih salah satu lentera itu
Dan menyimpannya di hatiku.

Dewi hendak kemana dirimu?
Aku hendak membawakan Lentera ini
Untuk orang yg kau rindukan
Karena Ia pun membutuhkan Lentera ini
Untuk menerangi hatinya

Iapun tersenyum hangat, sehangat hatiku,
sehangat lentera yang ia bawa.
Aku lihat ia berbalik,
terbang sambil mendendangkan kidung kerinduan
terbang diantara gedung-gedung, ladang, sawah, sungai, pantai
dan apapun yang dilaluinya telah berubah menjadi cahaya
Ya, dunia telah menjadi cahaya.

Akupun terbangun dalam mimpi,
Ku lihat disekeliling
Dunia telah berubah menjadi dunia penuh cahaya

Tiba-tiba sebersit kerinduan menyeruak di dalam hatiku,
Semakin lama semakin membara,
Hingga membakar hatiku, jantungku, ususku, tanganku, rambutku, urat nadiku
bahkan seluruh tubuh dan jiwaku telah terbakar karenanya

Tanpa ku sadari hati dan lidahku bertanya

“Ta, apakah engkau bermimpi yang sama?”

Tidak ada komentar: