Di Istana kerajaan geger karena puteri Rara Santang pergi dari Istana, seluruh punggawa serta hulubalang dikerahkan untuk mencarinya, tapi tak seorangpun dapat menemukannya.
Rarasantang pergi mencari Kakaknya sampailah ia ke gunung Tangkuban-perahu, ia merasakan keletihan yang sangat dan akhirnya iapun beristirahat dibawah pohon.
Kerinduan dalam pencarian 4)
Terseok-seok perjalanan
Berkelok-kelok lekuk kehidupan
Meraja di penjuru pencarian
Tak jua dapat ditemukan
Ke gunung aku bingung
Di laut tambah kalut
Ke hutan banyak setan
Letihku dalam pendakian
Tapi tak akan berpaling
Dari tujuan yang terpenting
Tentulah ada jalan
Untuk dapatkan pencerahan.
Dimanakah ada dalam tiada?
Ketika sedang Istirahat datanglah seorang nenek bertanyalah nenek tersebut, “Geulis, Sedang apa engkau sendirian dan kenapa engkau menangis?”
“ Ibu saya adalah Rarasantang, saya sedang mencari kakak saya Walangsungsang. Sudah beberapa hari saya mencari tapi saya tak saya temukan, apakah Ibu mengetahuinya?”
Nyai Anjar saketi merasa iba melihat keadaan Rara Santang “ Anakku Kakakmu saat ini ada digunung Marapi, ia sekarang telah menikah, susul segera Kakandamu, pakailah selendang ini dalam perjalananmu” Nyai Anjar Saketi menyerahkan Selendang yang ia bawa. “Terima Kasih Ibu telah menolong saya”.
Setelah selendang itu dipakai oleh Rara Santang badannyapun melesat menjadi cahaya dan dalam hitungan detik ia sudah sampai di Gunung Marapi tempat Walangsungsang tinggal.
Sesampainya di gunung Maraapi, Rara santang bertemu dengan walangsungsang, mereka tak kuasa menahan kerinduan, tangisan dan pelukanpun bersambut, rasa haru mulai merasuk, Endang Ayu istrinya Walangsungsang kaget melihat Suaminya tengah berpelukan dengan seorang wanita. Bertanyalah Ia : “Kanda, siapakah yang kau peluk itu?”Istriku kenalkan ia adalah Rara Santang adik kandung kanda. Ia kesini menyusul kanda, dia sangat rindu dengan Kanda seperti juga rindunya kanda dengannya. Rarasantang dan Walangsungsangpun akhirnya dapat bertemu.,
Sudah beberapa bulan mereka tinggal di Gunung Marapi, walaupun ketenangan sudah Walangsungsang dapatkan, tapi bayangan tentang islam selalu memanggilnya, iapun sadar bahwa ketenangan belumlah pantas ia raih, ia harus mengejar keinginannya,
Maka setelah berunding dengan Istrinya ia pun memutuskan untuk meninggalkan gunung marapi , tapi bagaimana dengan istri dan adiknya, apakah akan ikut serta,? Sedangkankan perjalannya nanti sudah tentulah penuh dengan marabahaya. Maka Walangsungsang pun menghadap Resi Danuarsih. "Ramanda Resi, hamba merasa sudah saatnya hamba turun gunung untuk kembali kepada tujuan hamba semula, bukannya hamba tidak nyaman tinggal di sini, tapi pengorbanan ini rasanya sia-sia belaka kalau sampai tak sampai tujuannya, maka dari itu Ananda menghadap Ramanda Resi untuk memohon wejangan."
"Puteraku Walangsungsang, Ramanda tahu ke susahanmu, terimalah cincin atau Ali Ampal ini dan masukkanlah Istri dan Adikmu kedalam cincin ini". Ujar sang Resi sambil menyerahkan cincin tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar