RAHASIA SEBILAH PISAU
Oleh : MK Dilaga
- Cerpen ini aku persembahkan untuk Via -
Sebilah pisau seolah berkata padaku : “miliki aku !!!”
Matanya berkilat – kilat memancarkan sebuah pengharapan agar aku membawanya,
tapi adakah mata pisau itu tidak bohong ?
Kegemaranku pada pisau sudah mulai ku rasakan sejak usiaku remaja. Saat itu aku sangat tergila-gila pada pisau komando, pisau para tentara. Saat itu aku tak mempunyai banyak keberanian untuk menjadi tentara karenanya pisau yang sangat ku idam-idamkan itu tak pernah ku miliki.
Lalu akupun mulai berpetualang untuk mengkoleksi berbagai macam pisau, mulai dari pisau dapur, golok, keris hingga samurai. Tapi sepertinya semuanya belum bisa juga memuaskan keinginan hatiku. Pisau komando yang saat itu aku inginkanpun perlahan-lahan mulai menghilang dari ingatanku.
Malam itu aku berjalan-jalan ke sebuah tempat pande besi, disana aku melihat sebilah pisau yang sangat bagus. Gagangnya terbuat dari emas dan bilah pisaunya mengeluarkan sinar seolah ingin menonjolkan bahwa : “Akulah pisau terbaik, pisau yang selama ini kau cari.”
Aku teringat pesan guruku, beliau adalah orang yang sudah malang melintang di dunia perpisauan, dan keahliannya sudah tidak di ragukan lagi.
“ Anakku, pisau yang terbaik adalah pisau yang telah menyimpan duka, pisau yang telah dibakar oleh api yang terpanas, pisau yang ditempa oleh ribuan pukulan, pisau yang penuh kepasrahan hidup, semuanya itu akan menghasilkan sebilah pisau yang halus bukan hanya dari luar tapi juga dari dalam.”
“ Engkau akan mengenali pisau ini ketika matamu bertemu dengan matanya, matamu tak akan jemu untuk memandangnya, Kau akan mendapatkan suatu perasaan teduh seolah kau merasa berlindung di pohon yang rindang, kau akan merasa lapang seolah kau berada di sebuah padang hijau yang terbentang dan kau akan merasa tenang seolah kau berada didasar lautan.”
“Tapi ingatlah anakku, pisau adalah pisau. Ketika kau memutuskan untuk memilikinya kau harus mengetahui untuk apa pisau itu kau miliki. Itu semua tergantung padamu, akan kamu gunakan pisau itu. apakah untuk memotong sayur, membelah kelapa atau mungkin untuk memenggal leher, semua kembali padamu.”
“Satu lagi yang harus kau ingat Anakku, semakin tajam suatu pisau semakin berbahaya ia. Maka kau harus siap-siap boleh jadi sebelum kau berhasil memegangnya ia telah melukai lebih dulu tubuhmu dengan ketajamannya. Maka waspada dan perjuangkanlah untuk memilikinya”
Begitulah pesan dari guruku, pesan yang selalu aku ingat.