Sabtu, 31 Januari 2009

Mengenang Hadirmu

/I/ Kebersamaan

Aku bertemu denganmu di malam hari, ketika kita sama-sama kehabisan api, lalu dalam gelap kau menjelma menjadi api kecil, kuminta apimu dan kaupun setuju membagi api denganku akhirnya kitapun sama-sama terbakar dalam terang padahal sebelumnya hanyalah ada gelap.

Kita telah bermandikan suka lalu ada duka, lalu suka, lalu duka, lalu suka dan lalu… engkaupun memilih untuk kembali ke dalam kesendirian kedalam hutan belantara yang kau bilang ingin menangkap elang, padahal elang yang pernah menukik dan mendarat dihatimu tak mungkin untuk kembali hinggap, karena sayapnya telah terbentang di angkasa dan keangkuhan tak akan mengembalikan ia padamu, dan aku biarkan kau kembali dalam kesunyian, dan apakah sekarang sudah kau temukan elang? Tidak, tentu kau tidak akan pernah menemukannya lagi.

Dan akupun sama denganmu kembali kedalam gelap malam, karena aku adalah kamu dan kamupun tentulah aku. maka kita kembali dalam kebersamaan, sama-sama kesepian.


/2/ Kita Harus Hentikan

dulu, kita berdiri diseberang sungai
aku disini engkau disana
saling melempar kalbu, berpadu menjadi rindu
lalu rindu terhanyut dan kita tenggelam

kini, kita berdiri diseberang sungai
aku disini engkau disana
saling melempar diam, berpadu menjadi muram
lalu muram terhanyut dan kita tenggelam

kita harus hentikan !


/3/ Mati !

Ku ungkap lewat sajak (Apsas, 31 Jan 09),
sebilah pisau yang mengoyak
tikamkan kedasar hatimu, hatiku.
dan hati kita telah teriris sembilu

Lalu diam-diam kaupun menghilang
diam... semakin diam...
sepi...
Mati !

Akupun ikut menghilang
diam..semakin diam..
sepi..
Mati !

Lalu siapa yang akan melanjutkan puisi ?


Jakarta (Batas kenangan), 31 Januari 2009

Rabu, 28 Januari 2009

Sapu Lidi

Pohon nyiur bersimpang siur melambai-lambai seperti banci
mereka pergi dibawa oleh penjual-penjual ke pasar tradisi
di jual dengan harga yang murah itu hati nurani.

Satu waktu ku kumpulkan janur-janur
Teranyam berupa ketupat dan ku masukkan biji-biji semangat
Akhirnya, tersemat.

Lidi-lidi yang berderai sepanjang bentangan
Ku satukan dan terikat menjadi sapu lidi kesepakatan
Jalanan telah bersih dan debu-debu telah beterbangan melarikan diri dengan kibaran bendera kekalahan.

Maka ku ingatkan padamu sapu lidi:
Tetaplah menjadi sapu dan jangan pernah lepas ikatan diri.
Agar aku tetap pertiwi.

Minggu, 25 Januari 2009

Bayang-bayang

Rembulan malam lahirkan bayang-bayang
seolah menjadi sebadan
pun tubuhku tanpa daging tanpa belulang
hanya ikuti kemana aku berjalan

Ku cobai menjelma bayang
bagaimana rupa asli hitam
Lalu ke cermin ku hadapkan
berharap bayangan tertangkapkan

Bayangan hadir serupa wajahmu
akupun kembali tersedu...

Rabu, 14 Januari 2009

Hujan Merah

Langit Merah,
Awan Merah,
Hujan Merah,
Tanah Merah ,
Banjir Merah.

Dimana payung ?
kemana pelampung ?
Kami tenggelam !!!

Minggu, 11 Januari 2009

Bahtera Nabi Noah

Mari arungi bahtera Noah, bahtera pemancang jiwa !!!
Bahtera yang telah mengikat hati dengan tali kasih
Benderanya berkain putih,
Layarnya mengembang serupa senyuman dibibir kekasih
Dan perahunya dari kayu (se)jati

Mari arungi bahtera Noah, bahtera pencari harap !!!
Jadikan Noah sebagai nahkoda
Sedang Kita adalah umat yang memelas tanah perdikan
Biarkanlah bumi berubah menjadi air membola
Tanah Harapan hakekatnya adalah surga

Mari arungi bahtera Noah, bahtera para pemimpi !!!
Menatap indahnya warna-warni semesta
Tertidur kita dalam buai langit malam
Dan ruh penumpang akan terbang
Memetik rembulan dan gemintang

Mari arungi bahtera Noah, bahtera iman sepasang merpati !!!

_____
Kumpulan Puisi An Naba (2)

Kamis, 08 Januari 2009

Kematian Si Pemabuk

Peminum Anggur terjerat dalam kemabukan
Ia terjatuh, terkapar, menangis dan tersenyum
Kadang hadir didunia kadang pula ruhnya mengangkasa
Telah dijalaninya hidup dengan meminum Arak yang paling kepayang

Hari itu aku melihatnya jatuh di jalan
Ku kukuhkan kedua kakinya agar berdiri
Dia berkata - biarkan sahaja aku jatuh, janganlah berdiri
Agar aku dapat menjerat sayap -

Kemarin aku melihatnya terkapar di sungai
Ku raih kedua tangannya hendak ku angkat ke tempat kering
Dia berkata - tetapkan aku di sungai, di sini terasa damai
Agar aku lupa daratan, karena didarat hati kan kering -

Aku melihat tubuhnya makin tenggelam
Ku lemparkan pelampung agar ia tetap mengapung
Lalu iapun menangis memandangku dengan iba
-Sahabat marilah kita menjadi para pemabuk yang tenggelam-

Iapun menghilang dalam kefanaan
Terbang dan terhanyut mengikuti arus sungai
Ku dengar tawanya berderai menghantar ajal
Hari inipun aku menangis karena ‘ku masih tertinggal

Rabu, 07 Januari 2009

TAUBAH penghasil JUBAH

Terjatuh daun ara penutup dosa
Menetes airmata dari mata air serupa sesal dan lara
Hingga telah dikembalikan padanya kain sutera
Sungguh, taqwa adalah Jubah utama

Dan telah di sujudkan bumi seperti para malaikat
Yang mana telah dicerai bumi dan langit, Tuhan sebagai (peng)hulunya
Dan telah berpisah pula gelap dengan terang
Agar dapat diraba detak-detak masa hingga tergenaplah dari An-Naba

Telah terpikul berton-ton dipundak Adam (Lelaki)
Sebagai batu pelontar kesadaran
Dan Hawa (Wanita) telah di cambuk dengan rasa sakitnya (Melahirkan)
Agar terdzikir ia akan laku lalu
Sungguh, kasih sayang adalah Jubah kedua

Itulah Pakaian untuk Insan, sebagai balasan airmata penyesalan

Senin, 05 Januari 2009

Penciptaan Adam *1a)

Terciptalah dari tembikar yang tersentuh kata
Menggeliat bak perawan dalam orgasme pertama
Liar tangan-tangannya mencakar cangkang telur yang membungkus badan
Hingga luluh bungkus diri, mengelupaslah kulit ari yang termakan usia
Itulah kuceritakan ihwal menetasnya manusia pertama

Bercicit awalnya seperti anak ayam yang kehilangan inang, tiada kata hanya suara.
Mungkin juga seperti rengekan seorang bayi yang mengharap tete bunda
Tapi siapa asalnya diapun tak sanggup mencerna,
Tapi mulai yakinlah ia yang dilihat mula itulah asalnya
Dan dari perut Tuhanlah ia kini berada

Surga Firdaus adalah Ar-Rahiim
Tempat penggodogan pengetahuan akan dunia
Di mana ia tinggal didalam rahim dalam waktu yang telah ditentukan
Itulah yang telah tertulis di Lauhful Mahfudz yang tertulis dari tinta terharum
Yang kata-katanya melebihi syair manikam yang bersinar dalam malam

Lalu TUHAN mengajarkan aksara hingga tersusunlah kata-kata
Itulah mulanya pazzle-pazzle tersusun menjadi ba(ha)sa
Lalu keindahan katapun tercerai berai dengan pohon ujian
Yang pabila didekati maka terbukalah buah-buah kata kotor dari pohon larangan
Dan tatkala terenggut kesucian pohon ujian maka terbukalah aurat dari basa

Sesungguhnya belumlah Adam bertelanjang sebelum Hawa menggelinjang
Dan dalam buah kenikmatan mereka telah lupa dimana surga bertahta
Maka terjerembablah dalam vagina
Yang merupakan lubang awal mula
Terjatuh dalam lubang hina.

*) An-Naba :1-a