Selasa, 31 Maret 2009

Larung Sesajen

ku larungkan sesajen kepada samudra
berupa sajian duka
ku hayalkan, doa-doa dari umat manusia
tenggelam dan terhimpun di dasar samudra

ingin rasanya aku menyelam dan mengetahui
kemana perginya doa dan keluhan kami
karena tak mungkin doa-doa itu berubah menjadi buih
lalu menghilang di lautan mimpi
bila segala ratap dan tangis terpancar dari berjuta bibir
dari jaman ke jaman, dari mimpi ke mimpi

tentulah doa-doa itu terhimpun di suatu tempat di dasar samudra
atau mungkin juga, doa-doa itu masuk ke dalam kotak rahasia
disimpan oleh para malaikat penjaga
dan barangkali, sajak ini pun sudah tersimpan di kotak doa
menunggu dibaca oleh Sang Penguasa Samudra

Sabtu, 28 Maret 2009

Lukisan Seorang Puteri

lihatlah lukisan itu, kekasih
angkuh memandang dunia
semakin tua usianya semakin nampak keremajaannya
tak jemu-jemu para pengagum memandangnya
bahkan ketika sang pelukis berlalu,
puteri mimpinya, tak jua menua

lihatlah dirimu, kekasih
kulitmu sama halusnya dengan puteri dilukisan tua
tapi sekarang hampir datang masa tua
ku takut kecantikanmu kan sirna
Sebelum kecantikanmu menghilang
ku ukir kau di kanvas lukis
agar puteri mimpiku, tak jadi menua

Sabtu, 21 Maret 2009

Pengorbanan Sang Guru

biarkanlah aku menjadi kayu bakar
hingga api pengetahuan disulutkan
lalu terbakarlah aku karena ilmu
dan kalian yang sedang berada didalam kegelapan
akan mendapatkan seberkas cahaya dariku
lalu berjalanlah kalian dimalam hari menggapai janji-janji mimpi
berbahagialah kalian telah menemukan aku
sementara di batas pagi yang tersisa dariku hanyalah arang

biarkanlah aku menjadi cawan
hingga anggur dituangkan
lalu kalian datang berduyun-duyun menikmati kemabukan.
bukan pada cawan, tapi pada Pemberi anggur kalian berkepayang
karena setelah habis anggurku
aku hanyalah cawan tanpa minuman
sementara kalian akan kekal dalam kemabukan

aku adalah guru dan kalian muridnya
aku adalah bapak dan kalian anaknya
tiada yang aku berikan selain pengorbanan
maka makanlah tubuhku seperti sepotong roti
yang telah diberikan Isa kepada para muridnya
atau seperti anggur yang telah kalian minum
anggur adalah hati dan darahku
sisanya adalah tulang-belulang

tahukah kalian untuk apa tulang?
untuk memukul anjing yang membangkang

Minggu, 15 Maret 2009

Buku Sajak Kosong

sejak tercipta dinding-dinding bisu
dalam kebutaan aku mencari dinding-dinding lain
berupa perempuan untuk aku sekedar bersandar

ooo, entah sudah berapa dinding yang aku bersandar disana
sudah berapa pasang buah dada ku kecap nikmatnya
tapi, sedikitpun tiada kurasa

buah dada – buah dada yang ranum itu
hanya bisa tengadah mendengarkan aku bercerita
mereka mengangguk-angguk palsu
seolah mengejek aku yang telah ditinggal waktu

sementara itu, kesepian
masih saja menyeringai didalam keramaian
lalu siapa yang sebenarnya aku rindukan, dirimukah?

tidak, dinding-dinding itu akan aku hancurkan
menjadi puing-puing dari dinding-dinding purba kota tua
hingga darwisy yang lewat pun tak lagi peduli
lalu kuhancurkan sekali lagi menjadi debu-debu walau untuk itu aku pun ikut menjadi debu

kita seolah debu-debu yang beterbangan ditiup angin lalu diam di timpa hujan
hingga tak lagi ada seorang perawi pun yang mampu meneruskan cerita kita
tak lagi seorang pujangga pun yang menyairkan suara kita
dan tiada seorang ahli sejarah pun mampu menemukan manuskrip kisah kita

kisah kita hanyalah buku sajak yang di siram air mata,
tak lagi bisa disebut buku sajak, hanyalah sebuah buku kosong
karena sajak-sajaknya telah terhapus duka

Senin, 02 Maret 2009

Memuja Raga

kejelitaan dan kecantikan adalah hanya Dia yang punya
rupa, tiada pernah seorang raba
pabila Kekasih berkata dibalik dinding cipta
mereka yang bodoh mengira dindinglah yang berkata-kata
lalu dibuat upacara saji dupa dan mantra, memuja raga
Jatuh cinta pada dinding cipta, sia-sia

ya bunayya*, ini hanya cerita purba
tiada lekang oleh usia


_________
* Hai Anakku

Minggu, 01 Maret 2009

Usia Tua

musim berganti lagi dan usiaku semakin menua
terlahir anak-anak tiada terhitung jumlahnya dan mereka berupa;
Sebagian mengabdi, sebagian mendurhaka
tapi tetaplah hanya anak-anak manja
menggelantung di tubuhku yang makin renta
padahal sebentar lagi aku tutup usia

Hari Berkumpul

kuburkan aku dalam lahat persegi, kalau ku mati;
disana sama seluas dunia, tiada beda

jika jisim ku dimakan rayap
daging dan tulang kan melata bersama mereka, berkelana

jika jisim ku dimakan api
abu terbang terbawa angin, berkelana

jika jisim ku tenggelam di samudra
ikan-ikan akan memakan dan seluas samudra, berkelana

kamupun sama dengan ku
berkelana ke penjuru dunia

semisal burung-burung yang di tempatkan di tiap-tiap lembah
dan ketika sang pemilik meniup sangkakala hingga langit berwarna senja

burung-burung akan kembali secara terpaksa atau tidak
berkumpul di dalam satu kandang menyangka malam segera jelang

begitupun kita akan berkumpul setelah mati, suatu hari yang telah pasti
saling bercerita tentang lembah-lembah yang pernah di singgahi