Selasa, 27 Oktober 2009

Tanah Gersang

Ada yang melanda
Ketika tanah yang dahaga rindukan hujan

“Wahai langit akankah kau curahkan karuniamu?”
ratapnya tak henti-henti

Di suatu malam, tatkala tanah terlelap
Terangkatlah segala ratap di retakan tubuhnya yang merindu
“Kun fayakun !”, lalu tercipta awan yang menyimpan hujan

Begitulah ku ceritakan padamu suatu kisah kerinduan
Lalu pada tanah yang tandus itu tumbuhlah sekuntum mawar
Ibu dari segala bunga
Yang tercipta dari segala harap.

Senin, 26 Oktober 2009

Dimana Lagi Kan Ku Temukan

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu
mekar ditengah malam, ketika semua bunga terpejam
Engkaulah Wijaya Kesuma, yang menyisakan harum dipagiku

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu
lahir ditengah kubangan hitam
Putih, bersih ketika yang lain bernoda
Engkaulah Teratai yang mengapung di sebuah kolam

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu
berpijar dikegelapan
Ketika semua mata buta, ketika jiwa-jiwa rana
Engkaulah seberkas pelita yang lebih guna daripada lautan cahaya

Dimana lagi kan ku temukan yang seperti kamu ?
Tak ada.

Sabtu, 17 Oktober 2009

Keris yang Hilang

KERIS YANG HILANG
Cerpen oleh : MK Dilaga

Keris itu selalu menghiasi rumah kami, entah sudah sejak kapan keris itu disana, tergantung ditembok ruang tamu dan merupakan warisan dari nenek moyang kami.

Kadang aku selalu membayangkan bahwa keris tersebut dulu telah atau mungkin sering menenggak darah, itulah sebenarnya yang akan membuat sebuah pusaka terasa memiliki aura kemagisan, semakin ia digunakan semakin hidup pula kekuatannya. Bukankah keris memang difungsikan untuk itu, sebagai senjata tikam atau tusuk dan tak mungkin digunakan untuk mengiris bawang atau mengupas kulit apel. Tapi selama dirumah kami keris itu selalu menggantung di tembok seolah menjadi bagian dari hari-hari kami, seolah sedang mengawasi keseharian kami.

Keluargaku adalah termasuk keluarga yang taat beragama, tapi entah untuk soal-soal mistikpun seolah cukup melekat, mungkin itulah kami sebagai orang jawa, yang selalu menjunjung kejawaannya, sehingga menjadikan ajaran agama dan mistik adalah seolah berdampingan.

Pada hari ini, keluarga kami dikejutkan oleh hilangnya keris yang selama ini menemani keluarga kami. Seribu pertanyaan seolah menyeruak didalam hati kami sekeluarga.

“ Mungkin karena kita tak lagi menjamasnya hingga kyai tak betah dirumah kita makanya dia pergi. Kalau ada yang mengambilnya itu tak mungkin, tentu kyai akan datang dan memberitahukannya. ” Kata bapakku.

Kyai adalah sebutan untuk keris jawa. Seperti manusia ternyata kerispun mempunyai nama atau julukan seperti Kyai Brojol, Kyai Bandaspati, Kyai Panembahan Senopati dan lain sebagainya sesuai dengan fungsi dan khodam yang menempati keris tersebut. Entah dari mana istilah khodam ini mulai dipakai yang aku tahu khodam berasal dari bahasa arab yang artinya pembantu, pendamping atau bahasa kerennya kacung. Tapi ternyata di Jawa ini khodam atau jin khodam ternyata lebih di anggap tuan dari pada pembantu, bahkan ada yang menganggapnya sebagai Tuhan. Ah, sesuatu yang sudah diluar nalar.

Sehari sebelumnya sebelum kejadian itu, kulihat ada pedagang ubi di depan rumah. Pedagang ubi di daerah kami itu biasanya menjual ubinya dengan cara ditukarkan atau dibarter dengan besi ataupun barang-barang plastik yang bisa didaur ulang.

Akupun berinisiatif untuk menukarkan keris itu dengan ubi tersebut Setelah melalui penawaran yang cukup singkat, Keris itu hanya bisa ditukarkan dengan satu kilo ubi.

“Ternyata Tuhan hanya seharga sekilo ubi.” gumamku sebelum kami sekeluarga menyantap ubi goreng tadi malam di temani sepoci kopi hangat.

Senin, 05 Oktober 2009

Rembulan dan Serigala

Engkaulah Rembulan
yang menyelinap dibalik kamar
lalu mengecup keningku dengan romantika duka
rajah api semerah saga
yang membakar jiwa dengan asma

Wahai Engkau yang menjelma igau,
yang mencipta ingat
yang mencuri cahaya malam
lalu menyisakan padaku sebuah cerita

Sisakanlah sedikit harap pada deritaku
segurat senyum dalam sedihku
Sekeping kenangan dalam ingatku

Lalu dalam tiadamu
akan kupanggil-panggil namamu
dengan sejuta harap, sejuta mimpi
agar rindu ini kelak terpenuhi

Serigala hina ini tak akan pernah berhenti melolong
Hingga Rembulan jatuh di pangkuan

Minggu, 04 Oktober 2009

Rahasia Sebilah Pisau

RAHASIA SEBILAH PISAU
Oleh : MK Dilaga

- Cerpen ini aku persembahkan untuk Via -


Sebilah pisau seolah berkata padaku : “miliki aku !!!”
Matanya berkilat – kilat memancarkan sebuah pengharapan agar aku membawanya,
tapi adakah mata pisau itu tidak bohong ?

Kegemaranku pada pisau sudah mulai ku rasakan sejak usiaku remaja. Saat itu aku sangat tergila-gila pada pisau komando, pisau para tentara. Saat itu aku tak mempunyai banyak keberanian untuk menjadi tentara karenanya pisau yang sangat ku idam-idamkan itu tak pernah ku miliki.

Lalu akupun mulai berpetualang untuk mengkoleksi berbagai macam pisau, mulai dari pisau dapur, golok, keris hingga samurai. Tapi sepertinya semuanya belum bisa juga memuaskan keinginan hatiku. Pisau komando yang saat itu aku inginkanpun perlahan-lahan mulai menghilang dari ingatanku.

Malam itu aku berjalan-jalan ke sebuah tempat pande besi, disana aku melihat sebilah pisau yang sangat bagus. Gagangnya terbuat dari emas dan bilah pisaunya mengeluarkan sinar seolah ingin menonjolkan bahwa : “Akulah pisau terbaik, pisau yang selama ini kau cari.”

Aku teringat pesan guruku, beliau adalah orang yang sudah malang melintang di dunia perpisauan, dan keahliannya sudah tidak di ragukan lagi.

“ Anakku, pisau yang terbaik adalah pisau yang telah menyimpan duka, pisau yang telah dibakar oleh api yang terpanas, pisau yang ditempa oleh ribuan pukulan, pisau yang penuh kepasrahan hidup, semuanya itu akan menghasilkan sebilah pisau yang halus bukan hanya dari luar tapi juga dari dalam.”

“ Engkau akan mengenali pisau ini ketika matamu bertemu dengan matanya, matamu tak akan jemu untuk memandangnya, Kau akan mendapatkan suatu perasaan teduh seolah kau merasa berlindung di pohon yang rindang, kau akan merasa lapang seolah kau berada di sebuah padang hijau yang terbentang dan kau akan merasa tenang seolah kau berada didasar lautan.”

“Tapi ingatlah anakku, pisau adalah pisau. Ketika kau memutuskan untuk memilikinya kau harus mengetahui untuk apa pisau itu kau miliki. Itu semua tergantung padamu, akan kamu gunakan pisau itu. apakah untuk memotong sayur, membelah kelapa atau mungkin untuk memenggal leher, semua kembali padamu.”

“Satu lagi yang harus kau ingat Anakku, semakin tajam suatu pisau semakin berbahaya ia. Maka kau harus siap-siap boleh jadi sebelum kau berhasil memegangnya ia telah melukai lebih dulu tubuhmu dengan ketajamannya. Maka waspada dan perjuangkanlah untuk memilikinya”

Begitulah pesan dari guruku, pesan yang selalu aku ingat.