Sabtu, 27 Desember 2008

Sungai dan Muara

Untuk menghilangkan dahaga
ku telusuri dua aliran sungai yang telah mengisi muara
hingga bermuaralah air karena keduanya.

Bukannya aku tak puas tinggal sebagai penghuni muara
tapi bagiku napak tilas tiada mengapa
semoga saja di sungai-sungai itu ada terdapat suatu hakekat

Ku lihat ada orang-orang sedang menebarkan jala
"aku sedang menjaring ikan dan lihatlah tangkapanku." ujarnya
akupun mengerti dia sedang bekerja.

Di kedua aliran sungai itu kulihat pepohonan rindang di kedua sisi
pohon-pohon itu berasal dari biji-biji yang bertunas.
Kehadiran sungai telah menyuburkan tanaman.

Satwa-satwa terlihat berkembang biak, menari dan bernyanyi di peribadatannya
mereka senang karena dapat hidup di antara dua sungai
karena mereka dapat meminum maunah sungainya

Akupun menciduk air ditiap sungai dan meminumnya
dan mendapatkan rasa yang sama dengan air yang ada di muara
Barulah kudapati jawab sungai dan muara adalah mempunyai satu rasa.

: Akupun kembali ke muara, tanpa melupakan cerita.

Timur dan Barat

Ku datang pada-Mu dari arah lain
bukan ke barat tapi ke timur
menuju tempat dimana mula-mula mentari dilahirkan

Bilakah saat ini aku menuju Istana-Mu lewat pintu belakang
Maka terimalah aku yang tak santun bukan sebagai tamu
tapi pelayan-Mu sebagai sebuah hukuman kelancangan

Aku yang mencoba meyakini hakikatnya waktu
bahwa walaupun zaman berubah dan musim berganti
tapi kalam-Mu tetap terpelihara

Janganlah kelancanganku membalik waktu
menjadikanku kembali kepada zaman jahiliah tanpa cahaya
tapi biarkan ini akan menjadikanku kembali ke asal dimana mula aku ada

lewat sifat Ar-Rahim Mu aku berasal
maka biarkan engkau mengandung kembali diriku
dan ku serahkan perlindungan atas jalanku pada belas kasih-Mu.

Timur dan Barat adalah milik-Mu
kemanapun aku memandang disanalah kulihat wajah-Mu
tersenyum memandangku.

Senin, 22 Desember 2008

Pemburu Telah Diburu


Hutan kian hitam oleh dedaunan
Membuat semangat jelajahi setiap kelok rerimbunan
Aku sang pemburu dengan senapan terhunus
Bergerak maju untuk membidik sasaran.

Senapanku bukanlah sembarang
Kudapati sebagai pusaka warisan
Sekarang ada ditangan
Temurun semenjak moyang

Ribuan hektar hutan telah tertawan
Jutaan buruan telah ku nikmati
Tinggal satu hutan yang belum ku jelajahi
Hutan larangan

Di sanalah kini aku berada
Menghujamkan kerasnya cinta
Hingga tercecer sperma kenikmatan
Ketika napsu memburu dengan liar

“Dor..dor..dor..” terdengar suara letusan
ku lihat senapanku lemah terkulai
dengan peluru yang telah keluar
akupun mengerang seperti pesakitan

Ku berbisik pada rerimbunan ketika menjelang penghabisan
Ku ucap selamat datang pada ribuan kutuk kenikmatan
Dan sesalku terlambat ketika dosa menggelepar
Tertembus peluru senapan.

: “Pemburu telah diburu.” bisikku menjelang ajal.

Rabu, 17 Desember 2008

Ku Bunuh Puteraku

Inilah rabu (17 Des 2008) dimana mataku menyala
Merah darah bercorak api-api neraka
Bergejolak lautan kepedihan dalam badai-badai rasa yang bergemuruh serupa petir
Dan dilangit awan hitam menggantung berupa payung-payung nestapa

Ku lihat puteraku yang telah sempurna tercipta
Menggelepar-gelepar memohon nyawa
Tapi angin tak mampu menyingkap awan di langit hitam
Hingga akhirnya aku menyerah membiarkan
Satu anakku bersimbah darah
Dan dalam linangan airmata
Ku tikam ia (puisi) hingga hilang ruhnya.

Sabtu, 13 Desember 2008

Hadirmu Bukan Untukku

:Gheta Pratama

Sedetik lagi akan kudengar lantunan syair keindahan
Yang kau suarakan untuk memanggil ribuan tawon pembawa aksara
Dan aku disini yang t’lah lama menantimu
Hanya mampu termangu dalam kesendirianku

Sekaranglah waktu dimana seharusnya aku mengukir rindu
Dengar kugoreskan namamu di langit biru
Tapi rindu telah menguap selaksa awan kelabu
Lalu apa yang bisa aku tulis bila tintaku telah habis tertumpah di mata pena-ku

Inilah sandiakala disaat engkau menghibur mereka yang sedang haus kata,
Tapi aku sudah terlalu busung untuk dapat meneguk segelas air
Yang mungkin ‘kan kau tawarkan untuk menghilangkan dahaga
Maka biarkan saja aku mengering dalam kerontangnya tanaman di musim gersang

Walau tidak untukku, tapi hadirmu di atas awan akan sangat menyejukanku
Mungkin aku tiada akan memandang ke angkasa
Tapi hatiku tetap akan memandang ke kiblatmu
Karena namamu ada di sana.

Jumat, 12 Desember 2008

Peninggalan dari Adam

Engkau adalah bapak dari kami umat manusia
Dan telah kau wariskan cara berbuat dosa
Tatkala kau kotori keindahan surga dengan nafsu bejat
Lalu engkaupun menjadi mahluk terhina
Terlemparkan dari surga

Lihatlah sekarang kamipun memakan buah yang sama
Berharap kekal menggapai kesenangan dunia
Tapi sedikit demi sedikit tiada sadar kami pasangkan bom atom di dasar bumi
Yang siap meluluhkan lantakan hati kami sewaktu-waktu
Lalu kami pun akan terlempar dari dunia


Engkau adalah bapak dari kami umat manusia
Dan telah kau wariskan do’a-do’a harapan
‘Tuk menghilangkan penyesalanmu pada Tuhan
Lalu Allah menjanjikan kembalinya surga
Sekembalimu dari tempat pembuangan

Setiap haripun kami rapalkan do’a
Agar tak usah lagi kami kembali ke surga
Karena dunia bagi kami adalah surga
Di sini kami bebas membangkang perintah-Nya
Ranah pembuangan ini telah begitu kami cinta


Engkau adalah bapak dari kami umat manusia
Dan telah kau wariskan cara menyembah Illah
Agar tiada pernah lupa akan ada-Nya
Bahwa Tuhanlah yang telah melahirkan manusia
Dari rahim-Nya

Sekarangpun kami telah menyembah
Berhala yang lebih terlihat oleh mata
Uang, kekuasaan, jabatan itulah Illah manusia
Karena kami merasa telah terlahir
Dari rahim sang-dunia.

: Tapi dalam hati, sejatinya kami tahu “ La Illaha Illallah”

Kamis, 11 Desember 2008

Cassuarina di Awal Tahun

Ini adalah mula dimana tertancap pohon natal kecil di sekeliling kebun cemara
Cassuarina lambang dari keagungan Tuhan
Selalu terkenang di awal tahun

Mungkin tidak bagimu,
Karena bisa saja Cassuarinamu adalah Februari, Maret atau mungkin juga di akhir Desember
Tapi bagiku Cassuarina adalah awal januari.

Saat pohon ini pertama tertancap dia tiada berdaun
Tapi waktu demi waktu dan pemahamannya tentang biologi mengajarkan bertahan
Hingga Cassuarina kini telah menjadi pohon yang rindang

Setiap orang hendak berteduh dibawahnya ketika sengatan mentari meninggi
Dahannya menjadi tempat bersarang burung-burung pipit dengan rumah gantungnya
Dan akarnya di hisapi para serangga.

Aku berdiri di pucuk pohon cemara mengibarkan sayap-sayap garuda
berseru dengan lantang dan menggemakan di batas angkasa
mengabarkan pada dunia bahwa aku adalah ada.

________
Terinspirasi dari novel "Cassuarina" karya Asri Prabosinta

Rabu, 10 Desember 2008

Makam Kramat yang di Lupakan

Makam ini makam kramat
Tercipta dari paduan segala rasa cinta
Dimana ku gali sendiri tanahnya
dan ku persembahkan untuk mengubur mimpi indah

Lubang-nya menganga seluas angkasa
Ku masukan engkau kesana dengan linangan airmata
Saat tertimbun tanah-tanah hitam
Engkau pun mulai tenggelam

Lalu ku datang membawa sekendi air kembang
Dan ku siramkan di atas kuburan
Berharap bibit-bibit pohon yang telah ku semai
Dapat tumbuh di atas gundukan

Pohon-pohon itu kini semakin tinggi berkat do’a
Berbuah dengan aneka macam rasa serta rupa
Dan makam mu semakin terlupa
Bahwa pernah ada namamu di dasarnya

: Selamat Tinggal Masa Silam