Minggu, 24 Mei 2009

Deklarasi Bantar Gebang

pada mega-mega yang mengangkasa, kami titip harapan
akan tangis dan derita kami sebagai sampah-sampah di Bantar Gebang
ubahlah kami menjadi pupukan kesuburan !

disana, di atas gedung-gedung bertingkat
mereka yang membawa tongkat, seolah seorang nabi yang hebat
bila bertemu dijalan dengan kami, merasa jijik dan berjingkat
karena takut celananya yang mahal itu kotor terciprat

lalu kau datang dan hinggap dihati kami
di hati sampah-sampah yang beraroma basi
yang bau dan kotor ini

kau yang menjelma sayap…
malaikatkah dirimu
atau seekor lalat yang hinggap, hisap, lalu pergi
meninggalkan basa yang basi

Jumat, 22 Mei 2009

Kamar Di Sebelah Kamarku

Kamar itu, kamar yang bersebelahan dengan kamarku
Kamar yang penuh dengan impian didalamnya
Telah menjelma kamu
Berdiri menggoda dengan pintunya yang terbuka
Dan seolah berkata : “mendekatlah dan masuklah ke dalam peraduanku.”

Aku lelaki pemalu, bersembunyi dibalik pintu
Berharap mimpi-mimpi di dalam kamar beterbangan keluar, hendak ku tangkap
Tapi mimpi-mimpi di dalam kamarmu seolah sudah terlelap
Sedangkan si pemilik mimpi masih saja terjaga di peraduannya

Lalu akupun bergegas masuk kembali ke kamarku
Hingga aku menjelma menjadi kamar, serupa kamu
Kamar dengan dinding-dinding yang tetap bisu

kamar disebelah kamarku kembali berkata-kata seolah lirih memanggil
kamar ku pun menjawab panggilan dengan kata-kata pula
Hingga dua kamar riuh bersahutan
dalam bahasa yang tak bisa dimengerti
Bahasa para kamar

Selasa, 19 Mei 2009

Tawanan Perang

Aku telah menghirup dalam gelasmu
Secawan Anggur dan gairah
Lalu jiwa ku tenggelam di lautan asmara
Lautan yang begitu menyesak dada

Kemabukan adalah ibarat belenggu
Yang mengikat segala kenyataan
Sedangkan daya hayal, tetap mengembara

Senyummu telah menjadikanku tawanan perang
Dan engkau ambil segala harta rampasan
Lalu apakah lagi yang aku miliki
Bila hatikupun telah tertawan

Qolb, Ruh, An-Nafs & Aql

pada setiap semesta menggantung sebuah saklar
menyimpan milyaran volt aliran listrik
menyebar getar lewat kabel-kabel
hingga lampu-lumpu menyala menjelma gemintang
menerangi semesta raya

alangkah congkak semesta yang beredar
tapi tiada peduli keberadaan pencipta
menganggap nyala abadi
dan berkata : “aku ada dengan sendirinya”

padahal bila Tuhan menghendaki
maka cukuplah dengan satu petikan nada
semesta tentu binasa

Senin, 18 Mei 2009

Teruntuk Sepasang Mata Tak di Kenal

Kebetulan kita bertemu sebagai dua orang asing yang bertemu
Kekaguman ku pun berjalan juga di jalan itu
Pada mata yang tak pernah berkata

Namun dimata mu lah
Dalam lindup bayangnya
Kan terselubung ribuan tanya : “siapakah aku?”

Tanyakanlah kepada penjuru negeri tentang aku
Tak akan ada jawabnya
Lalu tanyalah pada matamu
Dengan bola matanya yang berbinar
Maka akan tergambar dipelupuk hatimu
Wajahku

Kekagumanku adalah duka
Dan engkaulah duka itu
Telanjang, tak berselubung
Kesedihan dan kebisuan
Mengungkung penyair yang bergulat habis-habisan
Karena puisi ialah orang asing di negeriku
Dibunuh ketidak berdayaan

Lusa…
Jika kita bertemu
Bila mataku memandang matamu
Yang anggun, hijau, tenggelam dalam kabut dan hujan
Jika kita bertemu di jalan
Maka akan ku cium jalan itu, ku cium dua kali.

Rabu, 13 Mei 2009

Gadis Penyiram Bunga

Gadis kecil sedang menyiram bunga
Tak sadar ia bila bunga itu semisal dia
Setiap kali ia menyiram bunga
Tubuhnya basah, matanya basah, hatipun basah

gadis itu selalu menyiram bunga
Entah sampai kapan tubuhnya kuyup

Ini bukan kesenangan,
menyiram bunga adalah seni
untuk tetap mengenang
masa lalu yang tak bersemi

lalu datanglah angin
hendak menebar benih
di kelopak matanya sepi

adakah angin datang menyingkirkan awan
ataukah angin hendak menggugurkan bunga
gadis kecil tak tahu

ia hanya merasakan
angin itu sepoi-sepoi

Sabtu, 09 Mei 2009

Cincin Kalimusodo Versus Jimat Kayu

Wahai engkau Mawar Biru
engkau bertanya pada kami tentang Jimat Kalimusodo
Cincin ini masih ada dijari manis kami
lihatlah masih mengikat erat
Cincin Kalimusodo adalah suatu lambang pernikahan dengan Tuhan
Muhammad sebagai saksi penyatuan

Tapi tahukah kau sahabatku
kesulitan apakah yang kami dapat setelah Ijab Kabul?
Adalah tentang kesetiaan
apakah kami akan tetap setia
ataukah akan datang suatu masa
dimana mata kami akan silau memandang wajah lain

Bilakah di suatu jaman cobaan itu datang kepada kami
maka sungguhlah kami takut akan terkena bujuk rayu
dari para sales yang pandai merayu
menawarkan Jimat dari dahan cemara
yang sebenarnya tidak bertuah
tapi karena bujukan yang memperdaya
banyak diantara kami yang melepaskan cincin kami
dan menggantinya dengan Jimat kayu

Tahukah engkau,
satu-satunya yang kami perlukan
untuk menangkal bujuk rayu mereka adalah kamu
karena durimu adalah racun bagi para sales itu
dan warnamu adalah bukti kesetiaan kami